Presiden Kunjungi Korban Banjir Solo



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi sejumlah lokasi bencana di Jawa Tengah, Senin (31/12) siang. Salah satu tempat yang dikunjungi Presiden Yudhoyono adalah lokasi banjir dan tenda-tenda pengungsian di Sangkrah, Solo.

Kepada warga di pengungsian, Presiden Yudhoyono meminta agar mereka tetap tabah dan mementingkan keselamatan jiwa daripada harta benda. Presiden juga mengimbau warga agar bertahan di pengungsian hingga kondisi dinyatakan aman. Sebagai tanda simpati, Presiden Yudhoyono menyerahkan sejumlah bantuan kepada para korban banjir di Solo berupa bahan makanan dan peralatan sehari-hari.

sumber: liputan 6 .com

Membagi Bantuan Menyusuri Sungai



Tim relawan bencana yang terdiri dari Marinir, Global Rescue, dan Kepolisian mendistribusikan bantuan dengan menyusuri Bengawan Solo, Jawa Tengah, Ahad (30/12) siang tadi. Distribusi bantuan ini cukup efektif mengingat jalur darat terputus akibat banjir.

Tim relawan memulai perjalanan dari Karanganyar. Mereka menyusuri Bengawan Solo membagikan bantuan berupa makanan instan, beras, dan obat-obatan. Di beberapa desa, banjir mulai surut. Namun beberapa korban mulai terserang flu dan gatal-gatal.

Banjir di Solo juga mulai surut. Namun genangan air masih terlihat di beberapa tempat. Sebagian warga mulai pulang dari pengungsian dan membersihkan rumah dari kotoran banjir.

Pemerintah Kota Solo sendiri belum mencabut status waspada yang ditetapkan sejak Rabu kemarin. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika, curah hujan tinggi masih akan berlangsung hingga pertengahan Januari 2008. Warga diminta segera mengungsi jika air kembali meluap dan masuk ke permukiman.

sumebr: liputan 6 .com

Bengawan Solo Meluap Lagi

Sungai Bengawan Solo, Senin (31/12), kembali meluap setelah semalaman hujan deras mengguyur sejumlah daerah yang dialiri sungai tersebut. Beberapa daerah di Kota Solo pun kembali dilanda banjir karena luapan anak sungai Bengawan Solo.

Banjir yang ketiga kalinya dalam sepekan ini sebenarnya tidak terlalu besar. Namun akibat tergenang air yang cukup tinggi, beberapa ruas jalan utama di Kota Solo yang dekat dengan Bengawan Solo menjadi terputus.

Jalan Juanda yang menjadi jalan alternatif dari Surabaya menuju Solo Kota pun ditutup. Selain itu, warga pun kembali mengungsi ke tenda-tenda darurat. Padahal sebelumnya mereka sudah pulang ke rumah.

Menurut salah seorang warga di Pucang Sawit, Sutrisno, berbeda dengan banjir yang pertama dan kedua, pada banjir ketiga ini mereka kesulitan untuk mendapatkan bantuan makanan dan minuman.

sumber tempo interaktif .com

Rasa Trauma Masih Tersisa

Banjir yang melanda wilayah Solo dalam beberapa terakhir membuat kesedihan mendalam bagi sejumlah warga di wilayah ini. Berikut ngudarasa korban banjir yang ditemui Espos, Sabtu (29/12).

Wirawan, Ketua RT 2/RW V Kelurahan Gandekan
Musibah banjir yang melanda wilayah Solo kali ini berbeda dari biasanya. Banjir yang terjadi merupakan banjir terbesar setelah tahun 1966 silam. Meskinya Pemerintah kota (Pemkot) Solo mulai menyiapkan secara dini untuk penanganan penanggulangan bencana seperti ini. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah perbaikan tanggul yang ada. Dengan demikian banjir bandang tidak lagi melanda wilayah Solo.Terlebih lagi dengan kawasan Solo yang merupakan muara air hujan dari daerah di sekitarnya, seperti Boyolali, Klaten dan Wonogiri. Sistem informasi dini bagi daerah banjir sangat diperlukan. Meskipun jika menilik kebelakang dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, pemerintah kini lebih tanggap. Bantuan-bantuan logistik terus mengalir. Namun yang kini diperlukan warga adalah informasi dini mengenai bencana banjir. Bahkan jika diperlukan dibuatkan Posko dan adanya sirine yang akan selalu memantau dan memberikan sinyal mengenai kondisi warga di wilayah lainnya.

Umi Aryanti, Warga RT 2/RW V Kelurahan Gandekan
Rasa trauma masih saya alami. Begitu banjir datang Rabu (26/12) benar-benar membuat seluruh warga cemas dan khawatir. Karena banjir yang terjadi sangat besar. Rumah saya yang sebelumnya tidak pernah terkena banjir tahu-tahu pada malam itu kebanjiran. Air merendam seluruh barang-barang berharga yang ada di dalam rumah. Penanganan kondisi banjir sangat diperlukan. Meskipun sekarang ini seluruh warga yang menjadi korban banjir dievakuasi ke lokasi pengungsian. Namun penanganan jangka panjang juga harus diperhatikan. Jangan sampai banjir yang terjadi kali ini akan terulang di tahun-tahun mendatang.

Eni Emawati, Warga RT 1/RW I Kelurahan Sangkrah
Banjir besar adalah bencana alam yang tidak pernah bisa diprediksikan kapan datangnya. Namun demikian untuk mengantisipasi bencana banjir tersebut diperlukan penanganan yang cukup serius. Sistem drainase yang ada perlu diperbaiki, terutama pascabanjir seperti ini. Banyak sampah-sampah yang memampatkan selokan. Sampah-sampah inilah yang membahayakan serta dikhawatirkan bisa membuat banjir kembali terjadi.
Pascabanjir penanganan lain yang juga harus segera dilakukan terutama kepada para korban banjir adalah dengan memberikan bantuan rehab rumah. Karena banjir benar-benar membuat kondisi rumah hancur. Pemerintah harus membentuk tim khusus penanganan dan penanggulangan bencana banjir. Tim ini nantinya bertugas untuk mempersiapkan diri ketika bencana alam itu terjadi.

sumber solo pos .co .id

Sampah capai 500 ton

Sampah di Kota Solo naik menjadi 92,3 % atau naik jadi 500 ton/hari dari biasanya 260 ton/hari, pascabanjir besar yang terjadi sejak Rabu (26/12).
Pantauan Espos, Minggu (30/12) di tiga kelurahan, mulai dari Kelurahan Kedunglumbu, Sangkrah hingga Semanggi, TPS penuh dengan sampah basah. Mulai dari kasur, sepatu, kayu, gabus, hingga bungkus makanan menumpuk bahkan meluber hingga tiga perempat badan jalan besar sehingga menyebabkan arus lalu lintas menjadi macet. Tidak hanya menimbulkan kemacetan, tumpukan sampah juga menyebarkan bau tidak sedap yang sangat mengganggu warga sekitar.
Pemilik Bengkel Gondrong Motor yang lokasinya bersebelahan dengan TPS Kedunglumbu, Buchori menerangkan, sangat terganggu dengan tumpukan sampah yang ada di sebelah tokonya. ”Tidak hanya saat banjir, tapi sehari-harinya tumpukan sampah di TPS memang selalu memenuhi badan jalan. Apalagi setelah banjir, lebih parah lagi,” tutur dia saat ditemui Espos, Minggu (30/12). Menurut Buchori, melubernya sampah TPS, selalu menimbulkan korban di setiap pekannya. ”Saya sangat berharap ada perhatian dari pemerintah dalam mengelola sampah TPS sebab setahu saya konsep sampah di bagian atas kemudian diangkut dengan truk tidak bisa dilaksanakan. Tetap saja sampah dibuang di jalan,” tukasnya.
Penambahan petugas
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Ponco Wibowo menjelaskan, volume sampah di Kota Solo naik 92,3 % pascabanjir, yakni dari 260 ton per hari untuk hari normal naik menjadi 500 ton per hari sesudah banjir. ”Volume sampah 500 ton itu masih belum termasuk sampah-sampah yang tertinggal di 63 TPS maupun di rumah warga. Ditambah lagi dengan kotoran dari luapan sampah, saya kira volumenya jauh lebih besar lagi,” tandasnya.
Ponco menjelaskan, jumlah tenaga maupun fasilitas truk pengangkut sampah di dinasnya terbatas. Untuk hari normal, jelas dia, jumlah resmi tenaga pengangkut sampah sebenarnya hanya 500 orang.
Namun untuk penanganan pascabanjir, jumlahnya ditambah 200 orang.

sumber: solo pos .co .id

2 Tanggul di Semanggi mengkhawatirkan

Kondisi dua tanggul di Semanggi, Pasar Kliwon mengkhawatirkan oleh karena itu dua tanggul itu perlu perbaikan segera.
Walikota Solo Joko Widodo (Jokowi) mencatat ada dua tanggul yang perlu rehabilitasi untuk menghindari terjadinya banjir di masa mendatang. Kondisi kedua tanggul tersebut, kata Jokowi, sudah puluhan tahun tidak ada pemeliharaan dan kontrol. ”Saya tidak akan mengatakan tanggul mana saja itu, yang pasti ada di Semanggi. Keduanya sementara ini diperkuat karung pasir supaya tidak jebol,” ujar Jokowi, saat ditemui di Sangkrah, Pasar Kliwon, Minggu (30/12).
Jokowi mengatakan setelah banjir ini Pemkot akan memikirkan rehabilitasi atau penanganan bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Termasuk di dalamnya, perbaikan dan peninggian tanggul-tanggul. Namun, kata dia, saat ini semua masih dalam proses koordinasi dengan pemerintah pusat.
Untuk saat sekarang ini, lanjut Jokowi, pihaknya masih terfokus pada upaya penanganan tanggap darurat seperti pemberian bantuan untuk para pengungsi dan sebagainya. Terlebih saat ini, Jokowi mengatakan status Kota Solo terkait bencana banjir tersebut masih waspada.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ali Mufiz menyatakan akan memprioritaskan rehabilitasi dan konstruksi tanggul sebagai upaya untuk mengantisipasi banjir di masa yang akan datang.
Pasalnya, berdasarkan pengalaman bencana banjir di sejumlah daerah di Jateng, penyebab utamanya adalah tanggul. Sebagian tanggul rusak seperti di Kudus dan Sukoharjo, dan lebih banyak lagi tanggul yang kurang tinggi.
”Kita tidak ingin bencana banjir seperti tahun ini terulang lagi di masa yang akan datang. Karena itu, rehabilitasi harus dilakukan secepatnya dan pada sasaran yang tepat,” jelas dia, kepada wartawan di The Sunan Hotel, Solo, seusai mengantar kunjungan Presiden SBY, Minggu.
Kerusakan
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Saryanto Joko Pangarso mengatakan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana banjir diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yakni berat, sedang dan ringan. Lantaran saat ini banjir sudah mereda maka penanganan akan memasuki tahap recovery fasilitas umum dan sarana prasarana.
Lebih lanjut dia menuturkan, jumlah kelurahan di Kota Solo yang terhitung mengalami banjir hanya 12 kelurahan yakni Pucangsawit, Joyosuran, Kedung Lumbu, Jagalan, Joyotakan, Sudiroprajan, Sewu, Jebres, Sangkrah, Pasar Kliwon, Semanggi dan Gandekan. Sedangkan Kelurahan Danukusuman dan Kampung Baru yang sebagian wilayahnya sempat terdapat genangan air, tidak termasuk daerah bencana. ”Kelurahan Danukusuman dan Kampung Baru tidak terlalu parah. Sehingga daerah yang mengalami kerugian hanya 12 kelurahan,” ujarnya.Meskipun saat ini banjir sudah surut, tandas Djoko, namun warga yang tinggal di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo seperti Joyotakan, Sangkrah, Semanggi, Sewu dan Pucangsawit, diminta tetap waspada.

sumber: solo pos .co .id

Soloraya berangsur pulih

Kondisi Kota Solo yang sejak Rabu (26/12) lalu dilanda banjir, Minggu (30/12) mulai pulih. Kendati sore hingga tengah malam hujan mengguyur, hal itu tidak mengakibatkan dampak berarti, kecuali sebagian kecil wilayah kembali tergenang.
Di Kelurahan Gandekan dan Kelurahan Sewu, Minggu pukul 23.45 WIB, air kembali naik. Kondisi pintu air Demangan juga naik tajam. Pada Minggu pukul 13.00-19.00 WIB, tinggi muka air di pintu air Demangan bagian dalam (utara) setinggi 2,50 meter, namun pada pukul 23.45 WIB, ketinggian air naik menjadi 3,40 meter di bagian dalam dan 3,20 meter di bagian luar (selatan). Kenaikan tersebut disebabkan hujan deras yang mengguyur Kota Solo sejak pukul 17.00 WIB.
”Di pintu Demangan, air naik setengah meter dalam waktu dua jam karena hujan deras. Pintu air kami buka. Berdasarkan ramalan cuaca, curah hujan masih tetap tinggi hingga Januari.
Oleh karena itu, kami mengimbau warga tetap waspada,” jelas Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Budi Yulistianto kepada Espos.
Senada diungkapkan Kepala Kesbanglinmas Solo, S Joko Pangarso. Joko menyayangkan pengungsi yang kembali lagi ke rumah masing-masing menyusul masih tingginya curah hujan di kota ini.
”Harusnya mereka tetap tinggal di Posko. Karena air di Demangan saat hujan deras juga tinggi lagi,” sebut dia.
Joko mengatakan saat ini jumlah pengungsi yang menempati lokasi-lokasi pengungsian yang disediakan Pemkot Solo memang sudah jauh berkurang.
Hingga pagi kemarin jumlah pengungsi masih sebanyak 20.400 jiwa, tapi pada malam hari jumlah pengungsi berkurang lagi menjadi 19.027 jiwa.
Hujan deras sejak Minggu sore, menyebabkan peningkatan ketinggian air mencapai 60 cm di wilayah RT 1, RT 2 dan RW II Gandekan. Sebelumnya, di wilayah tersebut sejak pagi hingga sore, air sempat surut. Menurut salah satu petugas di Posko Gandekan, Suroto, meski terjadi kenaikan ketinggian air, sebagian warga yang mengungsi nekat kembali ke rumahnya masing-masing. Keinginan warga untuk pulang ke rumahnya, diakuinya sulit untuk dicegah, lantaran, warga yang kembali ke rumah tersebut dalam rangka bersih-bersih dan mengamankan rumah.
Dia menyebutkan, jumlah warga yang telah kembali ke rumah mencapai 50 kepala keluarga (KK). Sedangkan, warga yang tersisa di barak pengungsian masih mencapai 100 KK.
Demikian halnya di Kelurahan Sewu. Lurah Sewu S Budi Hartono mengatakan, menurut keterangan warga dan relawan yang berada di lapangan, ketinggian air Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Sewu dan Joyotakan mengalami kenaikan. Kendati demikian, pihaknya belum tahu tingkat kenaikan permukaan air di sungai tersebut.
Meskipun tadi malam hujan deras mengguyur, lanjutnya, namun belum ada warga yang kembali mengungsi. Saat ini kondisi Posko induk Kelurahan Sewu kosong pengungsi.
Pantauan Espos, di wilayah Jebres dan Pasar Kliwon, Solo, ribuan pengungsi kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu tiba di rumah mereka langsung melakukan aktivitas bersih-bersih rumah. Di sepanjang jalan-jalan kampung di wilayah kelurahan yang terkena banjir, banyak terlihat perlengkapan elektronik, kasur, pakaian serta buku-buku pelajaran yang dijemur.
Endapan lumpur juga banyak terlihat masuk di permukiman penduduk. Akibatnya warga harus bekerja keras membersihkan rumah dari endapan lumpur setinggi di atas mata kaki orang dewasa itu. Di Kelurahan Pasar Kliwon, seribuan pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Dari 1.500 orang pengungsi, masih ada 100 orang di RT 01/RW XII yang tinggal di pengungsian. Lurah Pasar Kliwon, Sudiyatno menerangkan, tiga Posko masih tetap dipertahankan di wilayahnya untuk mengantisipasi banjir susulan. Tiga Posko itu masing-masing berlokasi di RT 02/RW III, RT 1/RW XI, serta RT 01/RW XII.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Sudiroprajan, Sarjono Lelono Putero. Hingga saat ini, katanya, semua warga Sudiroprajan telah kembali ke rumahnya masing-masing. Sarjono mengatakan, persiapan logistik di Posko induk kelurahan hingga saat ini masih dalam posisi aman. Meski demikian, imbuhnya, untuk obat-obatan belum ada.
Sementara itu, di Kelurahan Jagalan sedikitnya masih ada 600-an warga yang bertahan di posko pengungsian Gedung PGRI.
Demikian halnya di Sangkrah, ratusan warga Kampung Ampera sudah mulai kembali ke rumah mereka masing-masing. Kegiatan warga hingga kemarin adalah membersihkan rumah dari lumpur. Kondisi yang sama juga terjadi di Semanggi dan Joyosuran. ”Mumpung hari terang, tidak ada hujan, warga pada mengeluarkan barang-barang yang terendam air untuk dijemur,” papar Ketua LPMK Joyosuran, Sumadiyono. Demikian halnya, di Posko Pendapi Gede Balaikota Solo dan GOR Manahan. Kerugian akibat banjir di Solo mencapai Rp 21,9 miliar.
Sementara itu di Sragen dan Karanganyar, banjir yang melanda kawasan itu juga sudah mulai surut. Warga yang sebelumnya berada di tempat-tempat pengungsian, seperti di balaidesa, sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPK) Sragen, Haryoto, saat ditemui wartawan, Minggu, mengungkapkan tanaman padi muda seluas 7.983 hektare dipastikan puso akibat terjangan banjir, pekan lalu. Kerugian materi akibat kerusakan itu mencapai Rp 28,5 miliar.
Sementara itu, beberapa wilayah Sukoharjo yang terendam banjir pada Minggu siang mulai surut. Genangan air yang melanda wilayah Grogol, Polokarto dan Mojolaban sebagian mulai menyusut. Bahkan, kawasan Solo Baru yang sebelumnya tergenang, mulai kering.

sumber: solo pos .co .id

Presiden SBY Kunjungi Pengungsi



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersalaman dengan pengungsi korban bencana alam banjir di Desa Laban, Sukoharjo, Minggu (30/12)

sumber: solo pos .co .id

SBY: Tangani pengungsi sebaik-baiknya

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta pemerintah daerah dapat mengelola semua bantuan bencana alam dengan baik. Presiden menjamin bahwa pemerintah pusat akan membantu rekonstruksi kerusakan berat akibat banjir yang terjadi di Soloraya dan daerah lain.
Hal tersebut disampaikan SBY saat mengunjungi lokasi bencana banjir Desa Laban, Kecamatan Mojolaban, Minggu (30/12). Selain itu, Presiden juga meminta agar Pemkab melakukan penanganan kepada para korban banjir yang berada di pengungsian. “Kita sudah mengetahui bersama penjelasan dari Bupati (Bambang Riyanto-red), maka kami berpesan agar pengungsi ini ditangani dengan baik. Dan bantuan yang diterima dari berbagai pihak juga harus diatur dan dikelola dengan baik,” kata presiden didampingi Ibu Negara, Ny Ani Yudhoyono.
Sementara itu, Presiden juga meminta kepada warga masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca yang belum bersahabat. Salah satunya dengan memantau prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Mengenai rekonstruksi pascabencana, Presiden mengatakan untuk kerusakan yang ringan menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten. Sedangkan untuk kerusakan yang berat ditangani oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) sesuai dengan kemampuan yang ada. Jika dirasa terlalu berat, akan ditangani oleh pemerintah pusat.
”Soal rehabilitasi, policy saya adalah kalau (bangunan dan infrastruktur-red) yang rusak ringan ditangani oleh Pemkab Sukoharjo, dan pada tingkat kerusakan tertentu provinsi (Pemprov Jateng) juga bisa mengatasi sesuai dengan kemampuan Pemprov, kalau tidak mampu akan ditangani pemerintah pusat dengan anggaran yang ada,” lanjut SBY.
Sementara itu, juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng kepada Espos mengungkapkan bahwa bantuan tanggap bencana Presiden yang diberikan melalui Pemprov Jawa Tengah dan Jawa Timur masing-masing senilai Rp 5 miliar. Selain itu, Presiden juga memberikan bantuan bagi warga di lokasi yang ditinjau, berupa bahan makanan kebutuhan logistik lainnya.
Di Solo, SBY sempat dijadwalkan meninjau ke lokasi korban banjir di Solo. Namun, rencana tersebut dibatalkan. Setibanya di Solo, SBY dan rombongan langsung menuju The Sunan Hotel untuk bermalam.

sumber solo pos .co .id

Pascabanjir, siswa cemaskan ujian

Sejumlah siswa serta orangtua siswa merasa cemas menghadapi ujian semester yang menurut rencana akan digelar pada Rabu (2/12) mendatang, lantaran banyak peralatan sekolah yang hanyut terkena banjir.
Pantauan Espos di Serengan serta Joyotakan, akibat banjir yang terjadi pada Rabu (26/12), warga tidak hanya kehilangan perabot rumah tangga, namun khusus untuk anak-anak juga banyak yang mengeluhkan peralatan sekolah yang hanyut akibat banjir, mulai seragam hingga alat-alat tulis.
Akibatnya, mereka terancam kesulitan mengikuti ujian semester. Apalagi hingga saat ini tidak ada satu pun bantuan yang disalurkan kepada mereka yang berbentuk alat tulis.
Siswa Kelas V SD Ngepung, Ayu Ambarwati menerangkan, seluruh peralatan sekolah yang ia miliki hanyut terkena banjir. ”Katanya ujian semester diundur ya. Tapi meski diundur, saya masih bingung kalau ikut ujian semester karena semua peralatan sekolah saya hanyut,” tuturnya, Minggu (30/12). Jangankan untuk baju seragam, menurut orangtua Ayu, warga RT 04/RW XIII, Sri Wahyuni, yang keluarganya miliki saat ini hanyalah pakaian yang melekat di badan.
”Kalau pakaiannya Ayu sudah hanyut semua. Satu-satunya yang dia pakai pun basah sehingga yang dia pakai sekarang itu baju sumbangan. Memperolehnya saja harus rebutan,” tukasnya.
Sri menjelaskan, meski ujian diundur namun tetap saja banyak kendala yang dihadapi. ”Kalau berangkat sekolah tanpa seragam apa bisa? Terus kalau tidak punya buku dan alat tulis bagaimana?,” tuturnya.
Dikeringkan
Belum lagi, sambung dia, dengan kondisi rumah yang belum layak untuk ditinggali sementara tempat pengungsian juga tidak memadai, tidak ada tempat yang tepat untuk belajar.
Hal senada juga diungkap siswa Kelas IV SD Ngepung, Rizky Wisnu. Rizky mengaku semua peralatan sekolahnya hanyut sehingga dirinya kesulitan untuk belajar ke sekolah kembali.
”Semuanya hanyut. Jadi tidak bisa nulis,” tandasnya. Berdasarkan pantauan, dengan surutnya air sungai, banyak warga yang mulai mengeringkan perabot rumah mereka. Tidak hanya perabot, sejumlah surat penting hingga buku paket juga nampak dikeringkan di atas tanggul agar bisa dipakai lagi ketika ujian semester tiba.
Kebingungan yang sama juga dialami warga RT 04/RW VI Joyotakan, Tri Rahayu. Dia menerangkan, semua peralatan sekolah anaknya hanyut terkena banjir. Yang tersisa hanyalah pakaian yang melekat di badan.
”Kasihan anak saya, semua seragam, alat tulis sampai buku-buku hanyut akibat banjir. Tidak tahu nanti kalau kembali ke sekolah bagaimana,” tuturnya. Dua orang anaknya, menurut Tri bersekolah di SD Plalan II.
”Yang satu Kelas I sedangkan yang satunya lagi Kelas V,” tuturnya. Dengan datangnya banjir yang mendadak, tambah dia, tidak ada satu pun perabot yang bisa diselamatkan karena begitu air masuk rumah, seluruh anggota keluarga langsung menyelamatkan diri di Posko banjir.

sumber solo pos .co .id

Cuaca cerah, warga pun mulai bersih-bersih rumah

Bengawan Solo tak lagi garang seperti beberapa hari lalu. Kini puing-puing rumah yang diterjang air bah itu sebagian masih tersisa. Sebagian lagi, mungkin telah hanyut dalam derasnya arus.
Warga Solo pun, Minggu (30/12), bangkit bersama-sama dan membereskan sisa-sisa sampah yang masih berserak di rumah dan pekarangannya. Memasuki wilayah Kampung Sewu, mata akan menyaksikan pemandangan yang tak lazim. Aneka perkakas dapur, kasur, pakaian, seperti berlomba mencari sinar matahari di pinggir-pinggir jalan dan di tanggul-tanggul. Sewu adalah satu dari 13 kelurahan di Solo yang terendam banjir.
”Saat ini yang terpenting adalah membereskan sampah-sampah dan air yang menggenang agar terbebas dari penyakit,” pesan Kasi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kota (DKK), Triman Drayatno.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Joyotakan. Begitu cuaca sejak Minggu pagi hingga siang hari cerah, warga pun langsung kembali ke rumah mereka masing-masing dan melakukan kerja bakti membersihkan rumah. Tanpa dikomando,ribuan warga di wilayah tersebut, terutama mereka yang rumahnya berdekatan dengan tanggul, langsung melakukan kerja bakti. Tak hanya kasur, barang-barang elektronik yang sempat terendam air selama dua hari berturut-turut itu pun ikut dijemur. Tak heran di depan rumah mereka, tampak kulkas, pesawat televisi, pakaian, perabotan rumah, kasur bantal, buku-buku pelajaran dijemur bersamaan.
Warga memang sangat mengharap kemurahan alam, agar hujan tak lagi datang di saat seperti itu. Ketika menjelang petang, hujan tiba, beberapa warga pun terlihat membiarkan jemuran mereka di luar rumah. Yang penting, bagi mereka, hujan tak lagi deras seperti tiga hari sebelumnya. Sementara di Sangkrah, ratusan warga Kampung Ampera sudah mulai kembali ke rumah mereka masing-masing. Kegiatan warga hingga kemarin adalah membersihkan rumah dari lumpur.

sumber: solo pos .co .id

Warga Kelurahan Sewu diusulkan direlokasi

Ratusan rumah warga di Kelurahan Sewu diusulkan untuk direlokasi ke Kelurahan Mojosongo. Hal itu dilakukan sebagai upaya menyelamatkan warga dari ancaman banjir Sungai Bengawan Solo setiap musim hujan.
Kawasan yang diusulkan untuk direlokasi tersebut adalah kawasan di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo dan Sungai Pepe.
Demikian disampaikan Lurah Sewu, S Budi Hartono, saat ditemui Espos di sela-sela aktivitasnya memantau warga di Kelurahan Sewu, Minggu (30/12). Budi mengatakan, selain sebagai upaya penyelamatan warga dari ancaman banjir, konsep tersebut juga sangat tepat sebagai konsep kampung wisata. Dia menjelaskan, hingga saat ini pihaknya telah memiliki konsep penataan Kelurahan Sewu yang mengarah pada konsep kampung wisata. Salah satu konsep yang ditawarkan adalah dengan membikin kawasan di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo dan Sungai Pepe sebagai kawasan wisata. ”Modelnya, barangkali bisa seperti di depan Terminal Tirtonadi Gilingan itu, di mana kawasan kumuh bisa menjadi tempat yang asri dan menarik wisata. Nah ini momennya sangat tepat. Banjir akan menyadarkan warga untuk bisa direlokasi ke tempat yang lebih layak.”
Budi menilai, konsep relokasi akan lebih mengirit dana Pemkot. Pasalnya, jika tiap tahun dana selalu dikeluarkan untuk penanganan banjir akan sangat menguras banyak biaya.
Meski demikian, lanjut Budi, dirinya mengakui perpaduan konsep penanganan banjir dengan penataan kampung wisata tersebut bukan pekerjaan yang gampang. Pasalnya, kepercayaan warga akan tanah nenek moyang mungkin masih sangat kuat.
Hingga saat ini, Kelurahan Sewu tengah melakukan inventarisasi rumah warga yang di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo dan Sungai Pepe. ”Jika konsep tersebut memang disetujui, maka selain akan mengurangi ancaman korban jiwa, Kampung Sewu juga akan menjadi kawasan wisata.

sumber: solo pos .co .id

Ribuan Korban Banjir di Solo Mulai Terserang Penyakit

Jumlah korban banjir di Solo yang terserang penyakit terus bertambah. Kondisi cuaca yang kurang bersahabat dan lingkungan tempat tinggal yang masih kotor turut memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Dari hasil pendataan petugas kesehatan di Posko Induk, Minggu (30/12), jumlah korban banjir yang sakit mencapai

3.870 orang. Sebagian besar menderita inpeksi saluran pernafasan atas (ISPA), diare, gatal-gatal dan luka lambung.

"Penderita ISPA mencapai 1.186 orang, gatal-gatal 645 orang, luka lambung 427 orang, dan diare 233 orang. Sisanya menderita asma, hipertensi, dan cidera," kata Bambang, petugas kesehatan di posko itu.

Mereka yang sakit ini, menurut dia, sebagian ada yang dirawat di rumah sakit. Sebagian lagi hanya menjalani perawatan di puskesmas dan posko-posko kesehatan yang tersebar di titik-titik strategis.

Sementara itu, untuk jumlah pengungsi saat ini sudah jauh berkurang. Sebagian besar warga sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. GOR Manahan, Solo, yang sehari sebelumnya dipenuhi pengungsi kini sudah kosong.

Dari data yang ada, warga yang masih bertahan di pengungsian tinggal 9.866 jiwa yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Pasar Kliwon, Serengan, dan Jebres. Jumlah ini hanya tinggal separuhnya dibanding Sabtu (29/12) yang mencapai 29.839 orang.

"Mungkin karena mereka sudah merasa aman. Jadi sudah berani pulang", tambah Widdi Srihanto, petugas posko lainnya.

Meski demikian, Walikota Solo Joko Widodo mengingatkan warga untuk tetap berhati-hati. Status ancaman bencana banjir di Solo, menurut dia, sampai saat ini masih waspada.

Sementara itu, dari pantauan di lapangan, dihari kelima ini banjir yang menggenangi sejumlah wilayah di kota Solo telah benar-benar surut. Beberapa ruas jalan yang sebelumnya tidak bisa dilalui, kini telah dibuka kembali. Warga yang telah pulang ke rumah, mulai kembali berbenah. Mereka sibuk membersihkan sisa-sisa lumpur yang dibawa banjir.

sumber: media indonesia .com

Warga bertahan di pengungsian Banjir mulai surut

Ribuan warga memilih bertahan di lokasi pengungsian meskipun banjir yang merendam sejumlah kawasan Solo mulai surut. Mereka khawatir akan terjadi banjir susulan yang lebih besar.
Berdasarkan pantauan Espos 34.709 warga masih di pengungsian. Sementara ratusan warga lainnya bertahan di tanggul-tanggul sungai dan atap rumah dengan alasan menjaga keamanan rumah-rumah.
Hingga Sabtu kemarin, sejumlah ruas jalan yang sebelumnya ditutup karena tergenang air mulai dibuka kembali. Di antaranya Jl Ir Juanda serta Jl Kyai Mojo hingga perempatan Baturono.
Ketinggian air di rumah-rumah warga di Kampung Sewu, Gandekan, Pucangsawit, Jagalan, Joyosuran, Sangkrah, Semanggi, Kedunglumbu, Jebres, Joyotakan dan wilayah banjir lainnya juga menurun. Penurunan ketinggian air mencapai 1,5 meter lebih.
Ketua RT 02/RW VI Pucang Sawit, Y Sutarto mengakui ada informasi yang beredar di masyarakat mengenai kemungkinan banjir susulan.
”Kami sebenarnya tahu bahwa air akan naik lagi, tapi warga tidak kami informasikan supaya tidak panik,” jelas Sutarto.
Ratusan warga Pucangsawit hingga kemarin belum berani kembali ke rumah untuk membersihkan barang-barang mereka seperti pernah dilakukan Kamis sebelumnya. Mereka mengkhawatirkan naiknya permukaan air akan terulang. ”Belum berani bersih-bersih, nanti seperti kemarin, sudah dibersihkan malah banjir lagi,” tutur salah seorang warga, Latif Sarwo Miyoto.
Sementara itu PMI sudah menginstruksikan kepada tujuh posnya yang tersebar di Solo untuk bersiaga menghadapi naiknya permukaan air. ”PMI telah memberitahu bahwa air akan naik lagi karena pintu air waduk masih dibuka. Kami diperintahkan untuk siaga,” ungkap salah seorang petugas PMI, Gunawan Arif.
Warga menilai mengandalkan tanggul sebagai tempat yang dinilai paling aman untuk mengungsi. ”Kami mengandalkan tanggul, kalaupun air naik lagi paling tidak setingi yang pertama,” jelas Sutarto.
Salah satu warga RT 2/RW V Kelurahan Gandekan Wirawan menambahkan ketinggian air yang merendam wilayahnya mulai berangsur-angsur turun.
Namun demikian, Wirawan mengaku memilih tetap bertahan di lokasi pengungsian hingga kondisi benar-benar dinyatakan aman dari banjir. Dia khawatir terjadi banjir susulan yang lebih besar daripada yang terjadi sebelumnya.
”Saya nengok rumah dan ternyata airnya sudah surut. Terus yang bapak-bapak kerja bakti membersihkan rumah. Sedangkan ibu dan anak-anak tetap di pengungsian. Meskipun kami sudah membersihkan kotoran dari sisa banjir, tapi kami tetap akan tinggal di pengungsian,” ujarnya ketika dijumpai Espos di Pendapi Gede Balaikota, Sabtu (29/12).
Hal senada diungkapkan warga RT 2/RW III Kelurahan Sewu. Dia menuturkan air mulai surut sejak Sabtu pukul 02.00 WIB. Semula, dia mengatakan ketinggian air yang masuk ke dalam rumahnya mencapai hingga 2 meter. Namun kondisinya, hingga Sabtu siang air sudah surut hingga tinggal beberapa sentimeter. ”Sekarang tinggal bersih-bersih saja,” tuturnya.
Petugas pintu air Demangan, Robi Sawabi mengatakan kondisi air di pintu Demangan hingga Sabtu pukul 13.00 WIB, untuk ketinggian Kali Pepe 4,40 meter dan ketinggian air dari Sungai Bengawai Solo 4.40 meter. Robi mengatakan penurunan ketinggian air tidak terlalu signifikan. Hal itu dikarenakan posisi antara air dari Kali Pepe dan Sungai Bengawan Solo masih sama-sama tinggi. Penurunannya paling tidak hanya 5 cm per jam.
Lalu lintas padat
Di Joyotakan, kendati banjir menyurut, ratusan warga setempat masih terlihat memenuhi Posko pengungsi yang didirikan di wilayah itu. ”Masih ada beberapa rumah yang tergenang dengan ketinggian mencapai lutut orang dewasa. Sampai hari ini (kemarin-red), kami belum bisa pulang, warga masih tidur di Posko yang ada di tepi jalan raya ini,” ujar seorang warga, Haryanto saat ditemui Espos di salah satu Posko.
Pantauan Espos, aktivitas warga di Posko yang didirikan di wilayah Joyotakan cukup ramai. Mayoritas warga korban banjir berusaha memindahkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan, dari rumah mereka ke lokasi yang tidak tergenang air.
Aktivitas warga tersebut mengakibatkan arus lalu lintas di sepanjang jalan raya menuju wilayah Sukoharjo itu cukup padat. Sempat terjadi macet selama beberapa waktu, namun segera diatasi oleh aparat kepolisian.
Aktivitas para relawan juga terlihat terus melakukan distribusi bantuan berupa obat-obatan, makanan, minuman, selimut dan pakaian layak pakai. Beberapa relawan juga terlihat membantu warga memindahkan barang-barang mereka. Petugas medis sibuk membantu sejumlah warga yang terserang demam, sesak napas dan pegal-pegal.

sumber: solo pos .net

Pengungsi Korban Banjir di Solo Mulai Fristasi

Sejumlah pengungsi korban banjir di Solo, Jawa Tengah, mulai merasa frustrasi atas nasib yang menimpa mereka. Sebagian dari pengungsi kini mulai merasa jenuh dan khawatir dengan kelanjutan hidup mereka. Ini setelah harta benda yang mereka miliki hilang ditelan banjir.

Salah satu pengungsi yang merasakan semacam itu adalah Gianto. Kini ia hanya bisa pasrah menghadapi bencana yang mendera hidupnya. Rumah yang selama ini ditinggali keluarganya terendam banjir hingga setinggi atap.

Keluarga sederhana itu kini tinggal di pos pengungsian di GOR Manahan, Solo. Mereka tak sempat membawa barang berharga yang mereka miliki saat banjir merendam. Kini hanya pakaian yang melekat di badanlah satu-satunya harta benda yang mereka miliki. Beruntung sertifikat tanah, ijazah pendidikan anak-anaknya dan sejumlah surat berharga lainnya berhasil ia selamatkan.

Di tempat pengungsian Gianto dan para korban banjir lainnya berharap bencana segera berakhir agar mereka kembali dapat menjalani hidup secara normal. Gianto dan para korban banjir lainnya kini kerap menerawang ke masa depan, bertukar pikiran dengan sesama korban, membayangkan beratnya memulai hidup baru tanpa memiliki harta benda.

sumber: metrotv news .com

Pengungsi alami depresi

Jumlah korban banjir di lokasi pengungsian yang terserang penyakit melonjak tajam.
Beberapa pengungsi juga diketahui mulai mengalami depresi sehingga harus mendapatkan penanganan khusus di rumah sakit.
Dinas Kesehatan Kota (DKK) mencatat, hingga Sabtu (29/12) jumlah penderita mencapai sebanyak 4.080 orang. Sementara sebelumnya Jumat (28/12), penderita hanya tercatat sebanyak 2.919 orang. Kasi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit DKK Triman Drayatno mengatakan korban banjir rawan terkena berbagai penyakit.
Penyakit yang paling sering muncul adalah ISPA, diare, gatal, gangguan otot dan penyakit kulit lain. Biasanya penyakit ini mulai dirasakan setelah banjir. Dengan kondisi ini, dia menambahkan tentunya jumlah korban banjir yang terserang penyakit akan terus bertambah.
Berdasarkan data dari Posko induk kesehatan, jumlah korban banjir yang mulai terserang berbagai penyakit 4.080 orang. Delapan orang terpaksa dilarikan ke rumah sakit (RS) lantaran mengalami depresi dan penyakit yang lebih serius. Empat orang di antaranya kini tengah dalam perawatan intensif rumah sakit.
Lebih lanjut Triman mengatakan jumlah Posko kesehatan yang dibentuk DKK bertambah dua dari semula 12 kini ada 14 Posko. Posko kesehatan ini di CV Jati Agung, Tanjung Anom, Joyosuran, Pasar Kliwon, Sangkrah, Semanggi, Jagalan, Gandekan, Pucangsawit I, Pucangsawit II, Manahan, Kampung Sewu, Pendapi Gede dan SD Warga.
Satu Posko kesehatan terdiri atas dokter, paramedis, bagian obat-obatan, administrasi dan mobil ambulans. Mobil ini disiagakan untuk membawa pasien yang dirujuk ke sejumlah rumah sakit.
Di Sukoharjo dilaporkan penyakit gatal-gatal, ISPA serta diare juga menyerang pengungsi korban banjir. Tercatat empat pengungsi harus dirujuk ke RS Moewardi Solo, DKT Solo serta Dr Oen Solo Baru, satu orang terkena serangan jantung, dua orang menderita diare dan seorang pengungsi luka sobek. ”Saat dia mengungsi ke atap rumah tiba-tiba jebol dan pakunya mengenai bagian betis cukup dalam,” kata Kepala DKK Sukoharjo dr Suryono melalui Kasubdin P2P Agus Prihatmo MKes ketika ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (29/12).
Sementara itu data yang ada di Kantor DKK Sukoharjo menyebutkan, sebanyak 1.200 pengungsi mendapat perawatan medis karena gangguan kesehatan, Rabu (26/12). Kemudian, Kamis (27/12), sebanyak 1.100 pengungsi harus memperoleh bantuan medis dan Jumat (28/12) ada 850 pengungsi yang menyampaikan keluhan gangguan kesehatan dan mendapat penanganan dari petugas.
Menurut Agus, selama bencana banjir DKK telah menyiapkan Posko medis siaga 24 jam yaitu satu unit di kantor DKK setempat sebagai Posko induk. Kemudian dua unit di Kecamatan Baki, empat unit di Kecamatan Grogol dan tiga unit di Mojolaban. ”Untuk Polokarto langsung berada dalam koordinasi Puskesmas setempat,” lanjut Agus.
Terkait kondisi stok obat bagi para pengungsi korban banjir, Kepala DKK dr Suryono menegaskan, masih dalam kondisi aman. ”Jumat (28/12) malam kami mendapat bantuan obat dari Dinkes Provinsi Jateng. Sebelumnya telah disalurkan 250 dos biskuit untuk anak Balita. Selain itu kami juga mendapat bantuan tenaga medis dari Dinkes Kota Semarang, RS Moewardi, Dr Oen dan Ortopedi” kata Suryono.
Lebih lanjut Suryono menjelaskan, sebagai langkah antisipasi penanganan korban banjir yang berada di luar lokasi pengungsian, DKK telah menyiapkan sejumlah mobil Puskesmas keliling. ”Jadi petugas melakukan jemput bola, mendatangi lokasi banjir yang terjangkau dengan mobil untuk memberikan bantuan kesehatan,” tegasnya.

sumber: solo pos .net

Melihat aktivitas Posko bencana banjir Kelelahan mereka tak halangi semangat untuk menolong sesama

Suasana di salah satu pos komando (Posko) bencana yang berada di Kelurahan Joyotakan, Serengan, Sabtu (29/12), terlihat sibuk.
Hingga hari keempat sejak terjadinya bencana banjir di wilayah Solo, Rabu (26/12) lalu, ratusan warga yang terdiri atas anak-anak hingga orang lanjut usia (Lansia), masih terlihat memenuhi salah satu Posko.
Sebagian warga, terlihat duduk di halaman Posko sembari menikmati makan siang yang tersedia. Sementara, beberapa warga lain yang mayoritas Lansia, memeriksakan diri di Posko kesehatan karena kondisi kesehatannya yang menurun akibat udara dingin dan cuaca yang tak menentu.
Suasana bencana memang menguji batas kemampuan dan kesabaran pada diri manusia. Bukan hanya secara fisik, namun juga untuk menguji mental sekaligus kesiapan hati menghadapi kemungkinan tak terduga terhadap bencana yang ada. Saat rasa panik akibat bencana itu melanda, tak jarang para korban banjir datang ke Posko dengan penuh kemarahan lantaran merasa dia dan keluarganya belum mendapatkan bantuan yang layak dari petugas Posko.
Selama empat hari bencana banjir melanda, para petugas memang harus tetap berjaga setiap saat. Kelelahan yang membayang di wajah-wajah mereka tak menghalangi semangat untuk menolong warga yang jadi tanggung jawab mereka, Mereka dengan sigap menerima dan mencatat nama para pemberi bantuan. Tak hanya itu, bantuan berupa bahan makanan, minuman, obat-obatan makanan ringan untuk anak-anak, selimut dan pakaian layak pakai mereka siapkan, lalu diberikan dengan segera kepada para warga yang membutuhkan.
Koordinator Lapangan (Korlap) Posko Joyotakan, Harjanto, menyebutkan Posko tersebut dibentuk secara spontan sejak hari pertama terjadinya bencana banjir di wilayah itu. ”Awalnya, Posko hanya dibentuk satu hari, yakni Rabu (26/12) lalu, untuk memudahkan evakuasi warga yang menjadi korban banjir. Namun ternyata hujan turun terus-menerus dan menyebabkan banjir tak kunjung surut. Karena itu kami putuskan untuk menyiagakan Posko ini 24 jam, sampai banjir benar-benar surut,” ujar Harjanto ketika ditemui Espos di Posko Joyotakan, kemarin.
Harjanto menuturkan, beberapa jenis bantuan cukup terbatas jumlahnya, sehingga petugas Posko harus berupaya keras mengatur penyaluran bantuan kepada warga dengan cermat. Pemberian bantuan, lanjut dia, diprioritaskan kepada warga yang benar-benar membutuhkan terlebih dulu.
Sementara itu, salah seorang warga Joyotakan, Watik, 30, mengungkapkan kekhawatirannya bila hujan kembali turun, sebab sudah pasti tempat tinggalnya akan kembali terendam banjir.
”Saya masih was-was kalau hujan turun lagi, karena sudah pasti rumah saya akan tergenang air. Saat ini, anak-anak sudah saya ungsikan ke rumah orangtua, sementara saya dan suami masih menunggu kondisi kampung pulih kembali. Kalau hujan sudah benar-benar berhenti, kami akan segera pulang membersihkan rumah, mudah-mudahan tidak banjir lagi.”
Sementara itu, bantuan dari berbagai elemen masyarakat terus mengalir, Sabtu (29/12). Bantuan itu di antaranya berasal dari Warung Makan Omah Bumbu bersama beberapa organisasi seperti Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI), Forum Komunikasi Putra Putri ABRI dan Purnawirawan Indonesia (FKPPI), NU Surakarta, Iman Pengharapan Kasih (Impeka), Asosiasi Pedagang dan PKL Hasanudin (Appsah), Pagar Bhumi Lawu (PBL), Pattiro, Komunitas Masyarakat Miskin Kota (Kommik), Aliansi Masyarakat Untuk Kebijakan Publik (Amuk), Komunikasi Pengamat dan Pemerhati Surakarta (Komppas), CV Kendali, CV Sendang Gentong, CV Indo Sejahtera, CV RAM, dan TA TV.
Bantuan berupa susu dan sereal masing-masing 20 karton serta 20 bal kain sarung dan 20 bal selimut itu diserahkan di Posko Stasiun Sangkrah dan diterima Dandim Solo Letkol Inf Sadputro Adi Nugroho didampingi Kabag Pemerintahan Pemkot Surakarta, Tri Puguh Priyadi SH.

sumber: solo pos .net

Korban Banjir Mulai Tinggalkan Pengungsian

Ribuan korban banjir di Kota Solo hari ini mulai meninggalkan tempat pengungsian. Mereka kembali ke rumahnya yang dua hari ditinggalkan karena terendam luapan Sungai Bengawan Solo.

Para pengungsi meninggalkan tempat pengungsian di Pendopo Balai Kota Solo dan Gelangang Olah Raga Manahan sejak pukul 06.00 WIB. Mereka diangkut dengan truk yang disiapkan pemerintah kota setempat.

Banjir yang melanda sejumlah daerah Rabu dan Jum'at lalu kemarin memang sudah surut. Rumah-rumah warga pun tidak lagi tergenang air. Namun, warga tidak langsung memindahkan barangnya dari tenda-tenda darurat. Mereka mempertahankan tenda darurat untuk berjaga-jaga jika terpaksa harus mengungsi lagi.

"Kami memilih membersihkan rumah dulu," kata Ichwan salah seorang warga di Sangkrah.

Sejak Sabtu siang hingga Ahad pagi ini, hujan berhenti mengguyur kota Solo. Permukaan sungai Bengawan Solo pun turun jauh. Begitu pula air anak-anak sungai yang sebelumnya menggenangi pemukiman di sekitar bantaran.

sumber: tempo interaktif .com

Photo Banjir Solo 2007

Menteri PU Minta Warga Solo Pahami Pembukaan Pintu Waduk

Dua kali sudah pintu air Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, dibuka. Air pun mengaliri Kota Solo. Menteri PU Djoko Kirmanto meminta warga Solo memahami keputusan itu.

Dibukanya pintu waduk karena kondisi ketinggian air yang melebihi batas aman. Sesuai prosedur standar pengoperasian, pintu air pun dibuka.

"Saat ini ketinggian air waduk sudah melebihi ambang batas akibat hujan yang turun sejak Kamis. Untuk itu, volume air waduk harus dikurangi demi keamanan waduk. Sebab kalau tidak, waduk bisa jebol," kata Djoko saat meninjau kondisi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Jumat (28/12/2007).

Batas aman ketinggian waduk adalah 136 meter dan tak boleh melebihi 138 meter. Jika ketinggian air sudah melewati batas tersebut maka pintu air harus dibuka sampai air mencapai batas aman.

"Jangan sampai demi kepentingan penduduk di wilayah hilir, keamanan waduk diabaikan. Kalau volume air sudah melebih kapasitas kekuatan maksimal, waduk bisa jebol. Dan kalau sampai itu terjadi, hampir seluruh wilayah Surakarta akan kebanjiran," tandasnya.

Pembukaan pintu air, menurut, Djoko tidak akan dilakukan besar-besaran. Tetapi mempertimbangkan beban yang akan ditahan bagian hulu serta potensi banjir di wilayah hilir.

Source: detik .com

Photo Banjir Solo 2007

Warga Klaten Pantau Banjir dari Pinggir Bengawan Solo

Warga Serenan Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, memantau banjir dari pinggir aliran Sungai Bengawan Solo. Bila ada peningkatan air, aparat segera memberitahukan kepada warga yang tinggal di dekat aliran sungai.

"Sejak terjadi banjir Rabu lalu, kami tiap jam terus memantau ketinggian air Bengawan Solo bila sudah hujan deras," kata Supriyono salah seorang relawan warga Serenan saat dihubungi detikcom, Sabtu (29/12/2007).

Menurut dia, pemantauan dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap tinggi air Sungai Bengawan Solo yang melewati wilayah perbatasan Serenan Klaten dengan Kabupaten Sukoharjo. Dari atas jembatan Serenan, petugas memantau peningkatan air dan melarang warga berada di pinggir sungai.

Apabila sudah ada peningkatan, informasi diberitahukan kepada relawan lain yang memantau di beberapa wilayah seperti di Grogol Sukoharjo dan Kota Solo yang berada di bawah wilayah Serenan.

"Kami juga selalu berkomunikasi dengan warga yang ada di bagian hulu, seperti Nguter Sukoharjo dan petugas di penjaga pintu air di Waduk Gajah Mungkur bila ada kenaikan dan pembukaan pintu air," katanya.

Dia menambahkan hujan yang turun sejak pagi pukul 07.00 WIB perlu diwaspadai, sebab bisa mengakibatkan banjir di wilayah lain. Meski saat ini ada peningkatan tinggi air, namun belum membahayakan. Kondisi tinggi air masih dalam batas normal, belum melewat batas tanggul atau meluap hingga areal persawahan dan pemukiman.

"Kalau hujan deras dua jam tak berhenti biasanya akan meluap dan beberapa wilayah di Kota Solo dan Sukoharjo pasti kebanjiran," ujar Supriyono.

sumber: detik .com

Photo Banjir Solo 2007

Photo Banjir Solo 2007



sumber: oke zone .com

Photo Banjir Solo 2007



sumber: oke zone .com

Photo Banjir Solo 2007



sumber: oke zone .com

Photo Banjir Solo 2007



sumber: oke zone .com

Photo Banjir Solo 2007



sumber: oke zone .com

Photo Banjir Solo 2007

306 Pangkalan di Eks-Karesidenan Surakarta Terendam Banjir

Meluapnya Sungai Bengawan Solo yang menyebabkan banjir besar sejak beberapa hari lalu telah merendam 306 pangkalan minyak tanah di wilayah eks-Karesidenan Surakarta. Menurut Asisten Customer Relation Pemasaran BBM Retail PT Pertamina Region IV Jateng- DIY Heppy Wulansari, ratusan pangkalan ini tidak bisa beroperasi dan menyebabkan konsumsi minyak tanah menurun karena banyak masyarakat berada di lokasi penampungan.

Jumlah pangkalan yang terendam banjir terbanyak berada di Solo 125 titik, Karanganyar (85), Sragen (81), dan Sukoharjo (15). ''Total alokasi minyak tanahnya mencapai 50 Kl/ hari,'' jelas Heppy kepada Suara Merdeka CyberNews. Sedangkan untuk SPBU tidak ada yang berada di lokasi banjir dan masih bisa beroperasi.

Pertamina juga telah bekerjasama dengan Satkorlak Solo di Posko Sangkrah-Solo dan posko aspirasi yang menjangkau Sukoharjo, Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar. Bantuan yang digulirkan juga terus bertambah mulai dari elpiji dan peminjaman 130 set kompor dan tabung untuk dapur umum di wilayah-wilayah banjir. Selain itu bantuan 5 ribu liter minyak tanah juga digelontorkan untuk penerangan, 8 ton solar untuk truk TNI yang mengevakuasi, 6 kuintal beras, 200 dus mi instan, 100 dus air mineral, dan 500 bungkus makanan per hari, serta obat-obatan.

Dari pantauan Suara Merdeka CyberNews di lapangan, banyak pangkalan minyak tanah di Solo pun urung berjualan akibat tingginya banjir yang melanda. Di Kampung Sewu, Kecamatan Jebres, Solo misalnya, beberapa pemilik pangkalan minyak tanah memilih tidak membuka tokonya, meski permintaan warga dan pengungsi tinggi. Mereka khawatir banjir datang lagi dan merendam dagangan mereka.

H Ruswan Ridwan Jamal (75) pemilik pangkalan minyak tanah yang tinggal di Kampung Sewu mengeluhkan kerugian hingga puluhan juta rupiah, karena seluruh minyak tanahnya tercampur air sungai. "Saya tidak berani membuka pangkalan lagi, kalau banjir dagangan minyak tanah saya bisa terendam air, dan saya bisa rugi," tutur dia, Sabtu (29/12). Pria berkacamata tebal itu memilih menunggu ancaman banjir benar-benar sirna, baru membuka usahanya. Rata-rata ketinggian banjir di wilayahnya berkisar 1-1,5 meter.

Pemilik pangkalan lain, Slamet Sudibyo (50) mengungkapkan keresahannya dengan kondisi pasca banjir ini. Setelah selama sepekan tidak berjualan minyak tanah, dia merasa ragu melepas persediaannya. "Saya hanya berani melepas minyak tanah dalam jumlah kecil. Bahkan, tawaran penambahan pasokan minyak dari agen saya tolak karena takut banjir datang lagi. Jujur saya tidak berani ambil risiko berjualan dengan kondisi yang tidak menentu ini," ungkapnya.

Persediaan minyak tanah di pangkalan sekitar Kampung Sewu rata-rata masih tersedia. Biasanya pangkalan mendapat pasokan sekitar lima drum dua kali seminggu. Harganya pun relatif stabil berkisar antara Rp 2.300 - Rp 2.500. Namun, sejak beberapa hari ini kebutuhan minyak tanah warga dan pengungsi diperoleh dari sumbangan donatur dan bantuan Pemkot Solo.

sumber: suara merdeka .com

Lagi, Tiga Jenazah Ditemukan



Air mata dan duka jadi keseharian yang tak terelakkan di dusun kecil di Desa Ledoksari, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, sejak Rabu silam. Tubuh-tubuh tak bernyawa tiap hari ditemukan di bawah longsoran tanah. Warga bersama tim SAR kembali menemukan tiga jenazah pada Sabtu (29/12).

Semula diperkirakan ada 37 warga yang terkubur. Namun tim SAR memastikan hanya 34 warga yang tewas. Tiga sisanya ternyata sedang ke luar kota. Dengan demikian masih ada empat jenazah yang belum dievakuasi.

Bencana longsor ini menggoreskan duka yang mendalam bagi warga Ledoksari. Sebagian warga mengaku trauma dan memutuskan pindah. Kawasan Ledoksari memang rawan longsor. Tanaman berkayu keras mungkin bisa mencegah tragedi terulang.

sumber: liputan 6 .com

Photo Banjir Solo 2007

Korban Banjir Mulai Terserang Penyakit



Genangan banjir setinggi setengah hingga satu meter masih menggenangi sejumlah kawasan di Solo, Jawa Tengah, Kamis (27/12). Meski begitu warga masih tetap melakukan aktivitas di rumahnya, seperti membersihkan barang-barang miliknya. Namun, masih banyak juga warga yang bertahan di tenda pengungsian [baca: Banjir di Solo Belum Surut].

Warga kini mulai banyak terserang berbagai penyakit, seperti pusing dan diare. Sejumlah tim kesehatan langsung diterjunkan ke lokasi bencana untuk membantu mengobati warga.

Banjir juga meluas hingga lima kecamatan di Kota Purwodadi, Jateng. Hampir seluruh kantor pemerintahan tutup. Pusat perbelanjaan dan pasar tradisional juga tidak buka. Begitu pula kantor-kantor swasta serta perbankan tidak beroperasi.

Di Pekalongan, Jateng, dilaporkan sebagian pengungsi korban banjir sudah kembali ke rumah. Namun, sebagian besar masih bertahan di tenda pengungsian karena khawatir akan terjadi banjir susulan. Sejak pagi tadi bantuan berupa makanan dan obat- obatan sudah mulai berdatangan. Selain dari pemerintah sumbangan juga banyak datang dari warga dan dermawan lainnya.

Sementara itu, genangan banjir di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terus meluas. Bahkan, air mulai merendam sejumlah ruang inap di Rumah Sakit dr Saroto. Saat ini sebagian ruangan rumah sakit sudah tergenang air, termasuk ruang perawatan anak dan ruang penyakit dalam. Akibatnya, para pasien dirawat dalam kondisi yang serba terbatas termasuk ditempatkan di lantai yang tidak terkena banjir.

Sementara itu, sebagian pasien lainnya terpaksa dipindahkan petugas rumah sakit dibantu keluarga ke tempat yang lebih aman. Selain pasien, sejumlah peralatan medis juga dipindahkan. Banjir juga merendam jalur utama dari Madiun, Maospati, Magetan menuju Ngawi. Akibatnya, arus lalu lintas menuju Solo, Jawa Tengah terputus. Polisi mengalihkan semua kendaraan melalui jalan alternatif di Desa Geneng dan Sine.

Di Bojonegoro, delapan kecamatan terendam air bah akibat air Sungai Bengawan Solo meluap. Rata-rata ketinggian air yang menggenangi rumah warga mencapai 50 sentimeter hingga dua meter. Saat ini debit air sungai terus naik dan lebih tinggi dari keadaan normal.

Untuk mengevakuasi penduduk, warga menggunakan perahu tradisional yang bisa memasuki lorong lorong dan jalan desa. Banjir yang melanda sejumlah daerah di Jatim ini telah berlangsung sejak dua hari silam.

sumber: liputan 6. com

Photo Banjir Solo 2007

Sempat Pulang, Korban Banjir Akhirnya Menginap di Tenda



Setelah sempat kembali ke rumah, para korban banjir di Solo, Jawa Tengah, mendatangi lagi pos koordinasi pengungsian. Hingga Kamis (27/12) malam, mereka masih bertahan di tenda-tenda pengungsian. Selain karena rumah masih terendam air, mereka juga khawatir akan terjadi banjir susulan. Apalagi, sampai petang tadi, hujan deras masih mengguyur Kota Solo.

Namun, minimnya fasilitas di pengungsian memaksa sejumlah bocah berusia di bawah lima tahun tidur di lantai dengan alas seadanya. Adapun berdasarkan catatan Pemerintah Kota Solo, hingga malam ini jumlah pengungsi akibat banjir masih mencapai lebih dari 18 ribu orang. Mereka tersebar di 13 posko pengungsian.

Air bah tak hanya merendam permukiman warga di Solo, tapi juga sebagian jalan raya. Dan ketika air mulai surut, jalan pun menjadi licin sehingga terpaksa ditutup. Kendati pun jalan melewati lokasi banjir di Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon ditutup, sejumlah kendaraan tetap melintas. Akibatnya tak sedikit sepeda motor yang terjatuh.

Lantaran itulah, jalan ditutup agar petugas yang membersihkan lumpur dengan menyemprotkan air dari mobil pemadam kebakaran tidak terganggu. Akibat penutupan ini, warga yang hendak menuju Kabupaten Karanganyar, Jateng, harus memutar hingga lima kilometer. Setelah banjir surut, warga mulai membersihkan rumah dan barang-barang mereka yang terkena lumpur.

sumber: liputan 6 .com

Bantuan yang Diperlukan

Berikut daftar beberapa jenis bantuan yang bisa Anda berikan:

  • Air Minum & Air bersih
  • Makanan siap saji
  • Selimut
  • Pakaian kering
  • Obat-obatan (obat diare, gatal-gatal, ...)
  • Senter (alat penerangan)
  • Alat tidur (matras, tikar, dll)

Photo Banjir Solo 2007

Photo Banjir Solo 2007

Evakuasi Korban Longsor Karanganyar Dilanjutkan



Proses evakuasi korban longsor di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah kembali dilanjutkan, Kamis (27/12/2007). Setelah pencarian dihentikan kemarin malam, sudah 35 korban ditemukan tetapi masih ada 32 orang warga lainnya yang belum ditemukan.

Sumber: oke zone .com

Photo Banjir Solo 2007

Photo Banjir Solo 2007

Jumlah pengungsi derita diare & ISPA terus bertambah

Jumlah korban banjir yang terserang penyakit, hingga Jumat (28/12), meningkat tajam. Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mencatat, hingga Jumat pukul 13.00 WIB jumlah penderita mencapai sebanyak 2.919 orang.
Sementara sebelumnya jumlah penderita hanya tercatat sebanyak 1.487 orang. Demikian halnya penderita diare dan warga yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) juga meningkat tajam.
Sebanyak 121 warga terkena diare. Sementara itu di Sragen, sebanyak 4.622 warga korban banjir dari 14 kecamatan juga dilaporkan terserang penyakit. Jumlah sementara warga yang mengalami pusing dan pegal-pegal 2.816 orang, diare 158 orang, gatal-gatal 878 orang, luka-luka 22 orang, menderita ISPA 531 orang, serta lain-lain 214 orang.
Kepala DKK Solo dr Siti Wahyuningsih MKes menyebutkan jumlah kasus penyakit yang paling banyak ditemukan adalah ISPA disusul gangguan otot dan gatal. Dengan rincian, ISPA sebanyak 501 orang, gangguan otot 416 orang dan gatal sebanyak 246 orang.
”Data masih terus berkembang. Data terakhir hingga pukul 13.00 WIB jumlah penderita ada 2.919 orang,” terang Siti kepada Espos, Jumat (28/12).
Lebih lanjut Siti mengatakan ada 12 Posko kesehatan yang dibangun untuk penanganan penanggulangan bencana banjir tersebut. Ke-12 Posko kesehatan ini antara lain di CV Jati Agung, Tanjung Anom, Joyosuran, Pasar Kliwon, Sangkrah, Semanggi, Jagalan, Gandekan, Pucangsawit, Kampung Sewu, Jebres dan Tawangarum.
Siti mengatakan satu Posko kesehatan terdiri atas dokter, paramedis, bagian obat-obatan, administrasi dan mobil ambulans. ”Dari 2.919 orang yang sudah dirujuk ke rumah sakit ada empat. Satu orang dari wilayah Joyosuran dan tiga lainnya dari Kampung Sewu,” tuturnya.
Siti mengatakan untuk penanganan korban bencana banjir ini pihaknya telah meminta bantuan obat-obatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. Siti menerangkan penyakit yang biasanya menyerang para korban banjir di antaranya seperti ISPA, diare, gatal, gangguan otot, asma dan penyakit kulit lainnya.
Oleh karena itu, warga yang tinggal di tempat pengungsian untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya supaya terhindar dari penyakit tersebut. Selain itu, tambahnya, mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat. ”Batuk, pilek biasanya menyerang para korban banjir. Nanti dari batuk pilek ini muncul pusing, mual. Terus karena kondisi tempat yang tidak bersih maka akan muncul diare,” terangnya.
Pantauan Espos di tiga Posko kesehatan di wilayah Jebres, Jumat (28/12), jumlah pasien telah mencapai di atas seribu pasien lebih. Posko tersebut berada di Kelurahan Gandekan, Jagalan, dan Sewu. Dari ketiga posko tersebut, jumlah pasien terbanyak berada di Kelurahan Sewu, yakni mencapai 800-an pasien. Sementara Posko di Jagalan sebanyak 170-an, dan Posko di Kelurahan Gandekan sebanyak 130-an pasien.
Di Sragen Kasubdin P2M Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Saptorini, Jumat, mengatakan jenis penyakit yang menjadi ancaman serius para pengungsi yakni diare dan ISPA. ”Kondisi lingkungan bencana banjir sangat rentan menjadi lokasi persebaran penyakit menular berbahaya. Sehingga kami terus pantau kondisi korban banjir guna berikan pertolongan pertama,” ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya telah mengoperasikan 44 unit pos kesehatan di antaranya di Gondang, Sambungmacan, Tanon, Mondokan, Sragen Kota, Plupuh, Sidoharjo, Sukodono, Karangmalang, Masaran, Ngrampal, serta Gesi.
Sedangkan salah seorang pengungsi di Posko Jambanan, Sidoharjo, Yatmi, 55, menuturkan dirinya bersama keluarganya sempat terjebak di rumahnya pada hari pertama musibah banjir. Sejak itu, Yatmi mengaku sulit tidur kendati kondisi fisiknya lelah.
”Saya sudah lelah sebenarnya tapi mata ini sulit dipejamkan. Saya khawatir terhadap kondisi anak-anak yang masih kecil,” ujarnya.

sumber: solo pos .net

Warga Mengungsi Akibat Luapan Bengawan Solo




Banjir melanda kota Solo, Jawa Tengah, Rabu (26/12/2007). Ribuan warga pun diungsikan dari pemukiman. Banjir terjadi akibat meluapnya sungai Bengawan Solo yang membelah kota Solo dari Jawa Timur menuju ke Pantai Utara Jawa.

Sumber: oke zone .com

Jumlah sekolah yang terendam bertambah jadi 33

Jumlah sekolah di Kota Solo yang terendam banjir terus bertambah. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, Jumat (28/12), menyebutkan jumlah sekolah terendam bertambah dari 20 menjadi 33 sekolah.
Meski demikian, Kepala Disdikpora Kota Solo, Drs H Amsori SH MPd, menyatakan pihaknya belum berencana mengubah jadwal ujian semester yang sebelumnya telah dimundurkan menjadi Rabu-Sabtu (2-5/1).
”Bagi sekolah-sekolah yang tidak terkena banjir, kami berharap ujian tetap bisa dilaksanakan sesuai keputusan sebelumnya, yaitu Rabu-Sabtu,” ujar Amsori, seusai peresmian Taman Cerdas, di Kelurahan Sumber, kemarin.
Namun, lanjut Amsori, bagi sekolah-sekolah yang hingga Rabu masih tergenang air dan tidak bisa menyelenggarakan ujian semester, pihaknya akan mencarikan lokasi sekolah yang memungkinkan untuk penyelenggaraan ujian, seperti SD atau SMP yang tidak tergenang air. Atau, sekolah tersebut bisa menyelenggarakan ujian susulan dengan soal tes susulan pula.
Sementara menunggu banjir mereda, Amsori mengatakan para siswa diminta untuk tetap belajar di rumah masing-masing. Sedangkan keluarga sekolah (kepala sekolah, guru dan komite) diminta bekerja sama dengan masyarakat mengadakan piket untuk menjaga keamanan sekolah.
”Jika air sudah surut, keluarga sekolah dan masyarakat sekitar juga diminta segera membersihkan dan menata kembali fasilitas sekolah, sehingga bisa segera dipakai untuk kegiatan belajar mengajar,” katanya.
Disinggung soal bantuan bagi sekolah-sekolah yang terkena banjir tersebut, Amsori mengatakan pihaknya akan melakukan pendataan terlebih dahulu ke sekolah-sekolah tersebut, kira-kira apa saja fasilitas sekolah tersebut yang mengalami kerusakan akibat banjir. Amsori memperkirakan fasilitas sekolah yang paling banyak mengalami kerusakan adalah buku-buku, baik buku pelajaran maupun buku tulis, terutama milik para siswa yang rumahnya terendam air.

33 Sekolah terendam banjir

Wilayah Nama Sekolah
Kecamatan Serengan SDN Plalan 1
SDN Plalan 2
SDN Joyotakan
SD Islam Bakti Joyotakan
SMK Muhammadiyah 1 Gading
TK Orbit
TK Widya Wacana 6
TK Siwi Peni 12
TK Bakti 10
Kecamatan Pasar Kliwon SDN Dadapsari
SDN Mojo 1
SDN Mojo 2
SDN Mojo 3
SDN Losari
SDN Semanggi 40
SD Ngepung
SDN Wiropaten 2
SD Muhammadiyah 18
TK Indria Putra 2
TK Aisyiah 1 Semanggi
TK Arafat Semanggi
SDN Sawahan 2
SMPN 6
Kecamatan Jebres SDN Kalangan
SDN Kampung Sewu No 25
SDN Badran
SDN Wonosaren 1
SDN Wonosaren 2
SDN Beton
SDN Karengan
SD Muhammadiyah Kampung Sewu
TK Aisyiah Kampung Sewu
SMPN 21
Sumber: Disdikpora Kota Solo

sumber: solopos .co . id

Bencana di Soloraya meluas

Solo (Espos) - Bencana banjir dan longsor di kawasan Soloraya, hingga Sabtu (29/12) dini hari makin meluas. Sementara itu, warga Soloraya diimbau agar tidak panik terkait aktivitas pembukaan pintu air Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri.
Sebanyak 13 kelurahan di Solo, hingga Sabtu dini hari masih terendam. Ratusan warga yang tinggal di tanggul-tanggul di wilayah Semanggi, Kampung Sewu, Joyotakan, hingga Sabtu dini hari juga terus diungsikan ke Posko di Pendapi Gede dan GOR Manahan.
Sebanyak 250 warga di Sangkrah, Jumat pukul 23.00 WIB dievakuasi ke GOR Manahan. Wakil Ketua I Satlak penanganan banjir Solo, Letkol (Inf) Sadputro Adi Nugroho menyebut sekitar 2.000 warga masih bertahan di tanggul-tanggul sungai dengan alasan untuk menjaga keamanan rumah-rumah dan harta benda mereka yang ditinggal di tanggul.
Di Sukoharjo, sejak Jumat dini hari, air masuk ke wilayah yang sebelumnya bebas dari banjir. Di kompleks Perumahan Solo Baru (Soba) khususnya di sebelah timur simpang empat Patung Pandawa.
Ketinggian air di lokasi tersebut mencapai pinggang orang dewasa.
Di Desa Langenharjo ketinggian air lebih dari sepinggang orang dewasa. Kondisi serupa juga terjadi di Sanggrahan dan sebagian Cemani.
Di Klaten, sebaran banjir meluas. Setidaknya tiga kecamatan di Klaten yakni Wonosari, Juwiring dan Prambanan menjadi korban terjangan banjir yang dimulai Kamis malam hingga Jumat (28/12).
Akibat kejadian itu jembatan Butuh di Sidowarno, Wonosari, Klaten yang menghubungkan Desa Sonorejo, Sukoharjo Kota dan Parangjoro, Grogol, Sukoharjo tergenang air hingga satu meter lebih.
Di Solo, banjir yang sebelumnya mengenai 12 kelurahan, sejak Jumat dini hari meluas. Bahkan Kelurahan Danukusuman yang sebelumnya tak tersentuh banjir, Jumat dini hari hingga Sabtu dini hari masih tergenangi air setinggi perut orang dewasa.
Dua kelurahan yang sebelumnya tak begitu parah, kini turut ditenggelamkan banjir di Solo. Dua kelurahan tersebut adalah Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan Gandekan. ”Sedikitnya, 500-an rumah terendam banjir. Rumah itu berada di wilayah RW IV, V, VI, serta sebagian di RW VII. Namun yang paling parah di RW VI. Semua rumah terendam banjir,” ujar warga RT 03/ RW V, Kelurahan Sudiroprajan, Didik.
Menurut Didik, air mulai naik ke permukaan jalan terjadi Jumat sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu, kata Didik, hujan tak kunjung reda, lalu air di Sungai Pepe terus naik. Lalu, pihaknya mulai melakukan evakuasi sekitar pukul 23.00 WIB, saat air sudah setinggi pinggang orang dewasa dan mulai masuk ke rumah-rumah warga.
Warga telah diungsikan ke sejumlah tempat yang aman dari banjir, antara lain Gedung Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), serta Kantor Kelurahan Sudiroprajan. Di Kelurahan Gandekan, banjir menerjang hampir di seluruh kawasan tersebut. Hanya wilayah di RW VII yang aman dari banjir. Namun rumah di wilayah RW I-RW IX semuanya terendam banjir. Ada delapan RW yang terendam banjir. Sebelumnya, wilayah yang terkena banjir ada enam RW, dan yang terparah adalah RW II, RW III, RW IV.
Lurah Gandekan, Suroso menerangkan, banjir kali ini disebabkan Kali Pepe yang meluap lantaran tak mampu menahan curah hujan. Akibatnya, anak sungai Kali Pepe, yakni Kali Buntung pun meluap ke pemukiman warga.
Sepuluh kelurahan lain yang diterjang banjir, antara lain, Kelurahan Jebres, Pucangsawit, Jagalan, Sangkrah, Pasar Kliwon, Semanggi, Sewu, Joyosuran, Kedunglumbu, Joyotakan. Di lokasi banjir itu suasana gelap gulita lantaran padamnya listrik.
Sejumlah ruas jalan utama di Kecamatan Pasar Kliwon ditutup total. Akses masuk Pasar Klithikan Notoharjo dan Pasar Ayam Semanggi tutup total karena banjir. Mulai dari Jalan Kapten Mulyadi, air mencapai perut orang dewasa.
Hingga Sabtu dini hari, Jalan Kapten Mulyadi lumpuh total. Mulai perempatan Sangkrah hingga di depan Pasar Pasar Kliwon, jalan ditutup total. Demikian halnya mulai dari perempatan Palugunon ke selatan hingga perempatan Baturono juga lumpuh tidak bisa dilewati.
Akses jalan dari Gladak menuju ke timur atau di depan Pusat Grosir Solo (PGS) juga ditutup total. Jalur transportasi dialihkan dari Gladak ke selatan kemudian ke Alun-alun Utara dan menuju Jalan Supit Urang, baru sampai di kawasan Gading.
Di Jl Untung Suropati menuju ke arah Kelurahan Sangkrah dan Pasar Kliwon misalnya, tidak bisa dilewati lantaran genangan air yang tinggi. Kondisi yang sama juga terjadi di Jl Veteran hingga perempatan Baturono, ketinggian air hampir mencapai satu meter.
Satlantas Poltabes Solo mencatat Jalan Ir Juanda ketinggian air hingga dua meter, Jalan Yos Sudarso Tanjunganom ketinggian air satu setengah meter dan Jalan Veteran. Dia menegaskan, dengan terendamnya sebagian Jalan Veteran, maka akses jalan menuju Wonogiri dan Sukoharjo dialihkan melalui Palur, Karanganyar.
Ketua LPMK Kelurahan Pasar Kliwon, Wahid Ismanto menuturkan RW yang tergenang air, sambung dia, meliputi RW II, III, VII, VIII, XI serta XII. Terkait dengan persediaan logistik, Ismanto menambahkan, mulai menipis.
Logistik habis
Koordinator Posko pengungsian di Joyotakan, Harjanto mengungkapkan, logistik di tempatnya sudah habis. Banjir di RW V dan RW VI Joyotakan semakin parah. Hanya tiga RW yang belum tersentuh banjir yakni RW I, IV, dan V.
Sama dengan kondisi di kelurahan-kelurahan lain, pengungsi di Joyosuran terancam kekurangan makanan karena logistik habis. Ketua III LPMK Sangkrah, Sukono menambahkan, beras dan mi instan sejak pukul 11.00 WIB habis.
Berdasarkan data di Posko induk penanggulangan bencana Loji Gandrung jumlah warga di lokasi pengungsian hingga Jumat, bertambah 2.707 orang dari semula hanya 31.600 orang. Dengan demikian, total jumlah pengungsi tercatat 34.309 orang.
Kepala Kantor Kesbanglinmas Saryanto Joko Pangarso, mengatakan meluasnya pusaran daerah banjir diakibatkan hujan deras yang mengguyur Kota Solo sepanjang Kamis (27/12) sore hingga Jumat dini hari.
Joko mengatakan akibat meluasnya pusaran banjir pihaknya terpaksa membuka lokasi pengungsian di Pendapi Gede Balaikota dan GOR Manahan Solo. Seribuan warga berhasil dievakuasi ke Pendapi Gede dan GOR Manahan setelah sebelumnya mereka dievakuasi di lokasi sekitar banjir.
Sementara itu, Perum Jasa Tirta I kembali melepas air Waduk Gajah Mungkur (WGM) ke Sungai Bengawan Solo dari sebelumnya 200 m3/detik menjadi 250 m3/detik, menyusul hujan deras di kawasan hulu yang berdampak pada peningkatan elevasi waduk. Namun, pada Jumat (28/12) siang, elevasi WGM mulai turun dari 136,55 meter menjadi 136, 48 meter. Masyarakat diimbau tidak panik menyikapi pembukaan pintu air.
Dirut PJT I, Tjuk Waluyo Subiyanto, mengatakan kontribusi air dari WGM terhadap peningkatan debit air di daerah hilir sebenarnya tak lebih dari 17%. Hasil pantauan PJT I di pintu air Jurug, Solo, kemarin, debit air mencapai 1.200 m3/detik. Peningkatan debit air terbesar justru disumbang oleh anak-anak sungai Bengawan Solo lainnya seperti Kali Samin, Kali Walikan.
”Sekarang ini Pemerintah Provinsi Jateng dan pemerintah kabupaten yang terkena bencana masih dalam status tanggap darurat,” terang Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufiz, di lokasi bencana tanah longsor di Ledoksari, Kecamatan Tawangmangu.

sumber: solopos. co. id

Banjir Solo dan Sekitarnya, Puluhan Orang Tewas

Banjir yang melanda wilayah Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri, Rabu dan Kamis (27/12), menewaskan 87 orang, merendam 6.500 rumah, dan mengakibatkan ratusan warga kehilangan harta benda.

Berdasarkan data sementara Satkorlak Pemerintah Kota Surakarta, banjir akibat hujan deras dan luapan Sungai Bengawan Solo itu memaksa 6.616 keluarga yang meliputi 20.828 jiwa mengungsi.

"Kami belum bisa menghitung jumlah kerugian akibat banjir kali ini," kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Saryanto Joko Pangarso, Kamis (27/12).

Hujan deras selama Rabu dan Kamis kemarin menyebabkan sejumlah wilayah di Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri dilanda banjir. Di Surakarta banjir melanda 12 kelurahan di Kecamatan Jebres (6 kelurahan), Pasar Kliwon (5), dan Serengan (1 kelurahan).

Meluapnya Sungai Samin dan Grinjing di Kabupaten Sukoharjo juga menenggelamkan ribuan rumah dan puluhan hektare sawah siap tanam. Banjir juga melanda Kabupaten Boyolali yang menyebabkan 51 rumah dan puluhan hektare sawah di Desa Ngleses, Kecamatan Juwangi, tenggelam diterjang air bah.

Banjir bandang setinggi 0,5 meter hingga 3,5 meter melanda hampir semua wilayah Kabupaten Sragen. Sebanyak 17 kecamatan terendam, 3 orang tewas, dan ribuan warga mengungsi.

Beberapa wilayah di Wonogiri juga dilanda tanah longsor, antara lain Dusun Semangin (Desa Sendangmulyo) serta Dusun Sanggrahan dan Pangah (Desa Hargantoro). Menurut Tim SAR Kabupaten Wonogiri, tanah longsor menyebabkan 6 orang tewas. "Jumlah korban hingga kini 17 orang tertimbun tanah longsor. Yang sudah diidentifikasi 6 orang tewas, 11 lainnya belum ditemukan," kata Hartanto, anggota Tim SAR.

Hartanto menuturkan, Selasa hingga Rabu (26/12) Wonogiri diguyur hujan lebat dari pagi hingga malam. "Hujan paling deras di wilayah Tirtomoyo. Pukul 01.30 terdengar suara gemuruh. Tebing Gua Sriti yang berada di bawah Dusun Semangin, Desa Sendangmulyo, longsor. Akibatnya rumah-rumah di atasnya tak dapat diselamatkan," ujarnya.

Tanah longsor juga terjadi di Karanganyar. Bukit Kempong yang longsor menewaskan 67 orang di Kecamatan Tawangmangu (36 orang), Jumapolo (8), Jatiyoso (3), Karangpandang (3), Jenawi (3), Ngargoyoso (3), dan Kebak Kramat (2 orang).

"Saya dengar suara gemuruh dua kali. Suaranya persis pesawat jet dari lapangan terbang Iswahyudi, Madiun. Nggak tahunya malah rumah saya yang roboh. Bruk, bruk, bruk... rumah saya rata dengan tanah," tutur Ayub (32), warga RT 3 RW 12 Ledoksari.

sumber: VHR media .com

Atasi Banjir, Puluhan Waduk Akan Dibangun

Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto mengungkapkan, untuk mengantisipasi bencana banjir akibat meluapnya beberapa sungai, pihaknya akan membangun puluhan waduk kecil tahun depan.

"Pembangunan waduk kecil ini akan mengurangi debit air ke sungai besar dan sangat signifikan mengurangi banjir," kata Joko Kirmanto dalam jumpa pers usai meninjau banjir di Solo pada Jumat (28/12) ini.

Waduk-waduk kecil itu akan dibangun di anakan sungai yang mengalir ke sungai besar. "Rancangan lokasi yang layak dibangun waduk saat ini sudah ada," kata Joko.

Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Sumber Daya Air, Ivan Nursyiwan mengungkapkan, pembangunan waduk kecil akan dimulai dari dua waduk di Pacitan, Ponorogo dan Madiun di Provinsi Jawa Timur. Khusus untuk Solo, pemerintah akan membuat drainase tambahan yang baik supaya tidak menyebabkan banjir.

Joko Kirmanto berharap masing-masing daerah melakukan perencanaan secara bersama. Sebab untuk membuat Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik agar tidak menimbulkan banjir diperlukan kebijakan yang saling terkait antara satu daerah dan daerah lain. "Kuncinya koordinasi," katanya.

sumber: tempo interaktif .com

Warga Kota Solo Kembali Mengungsi

Pemerintah Kota Solo mengerahkan 30 bus dan truk untuk mengungsikan ribuan warganya menyusul banjir yang kembali melanda Solo pada Jum'at (28/12). Warga yang rumahnya tenggelam ditampung di berbagai tempat, termasuk Pendhapi Gedhe Balai Kota dan GOR Manahan.

Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Solo Subagyo mengatakan, evakuasi mulai dilakukan sejak siang hari. Warga yang rumahnya terkena luapan Bengawan Solo diminta untuk meninggalkan rumah.

Sebagian besar warga yang menjadi korban banjir memilih mengungsi ke tempat-tempat terdekat yang tidak terjangkau banjir. Beberapa masjid di Sangkrah, Semanggi, dan Tanjung Anom menjadi pilihan. Tidak sedikit warga yang memilih mendirikan tenda darurat di tanggul atau di jalan.

sumber: tempo interaktif .com

Banjir Solo Meluas, Pengungsi Terus Bertambah

SOLO - Banjir yang melanda Kota Solo dan sekitarnya makin parah, Jumat (28/12/2007). Cakupan genangan meluas sehingga pengungsi bertambah. Bahkan, jalan utama yang menghubungkan Solo dan Sukoharjo putus total.

Hingga kini, jumlah pengungsi mencapai 34.307 orang. Bertambah 2.707 jiwa dari sebelumnya 31.600 jiwa. Dibanding banjir hari Rabu (26/12), banjir yang melanda kemarin semakin parah.

Sebelumnya, pada Kamis (26/12) air sempat surut hingga tengah malam. Namun, mulai Jumat dini hari kemarin air kembali datang dan terus bertambah hingga sore hari, kemarin. Hujan deras mengguyur Solo dan sekitarnya membuat banjir di Solo dan sekitarnya meluas.

Untuk daerah perbatasan dengan Solo, banjir terparah melanda Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo khususnya di daerah Madegondo dan sekitarnya. Bahkan, perbatasan dua daerah tersebut di kawasan Tanjunganom jalan digenangi air hingga ketinggian 1,5 meter.

Akibatnya, akses ke Sukoharjo putus total. Termasuk di Jalan Raya Grogol yang juga digenangi air. "Harus memutar mas. Lewat Palur Karanganyar kalau ingin ke Sukoharjo," jelas Paryanto, salah seorang PNS Kabupaten Sukoharjo yang terjebak di Tanjunganom.

Untuk Kota Solo sendiri, jumlah kelurahan yang tergenang air masih 12 kelurahan dari tiga kecamatan yang ada. Hanya saja, wilayah yang terkena meluas sehingga pengungsi juga ikut bertambah. Saat ini, warga korban banjir diungsikan ke sejumlah lokasi yang aman. Termasuk diantaranya di Balai Kota, dan Stadion Manahan.

Kepala Badan Informasi dan Komunikasi Pemkot Solo Purnomo Subagyo di Posko Induk menjelaskan, meluasnya banjir membuat warga kembali dievakuasi. Pasalnya, sebelumnya sudah banyak warga yang kembali ke rumah masing-masing karena banjir surut. Namun, saat air kembali datang Jumat dini hari, warga harus dievakuasi kembali.

Selain banjir meluas, ketinggian air juga bertambah. Lokasi terbawah bisa mencapai 3 meter lebih. Sebagai contoh, kawasan perbatasan Tanjunganom sebelum masih dapat dilewati mobil, namun kemarin lokasi itu sudah tertutup total oleh air dengan ketinggian sekitar 1 meter lebih.

"Penambahan pengungsi terjadi di sejumlah kelurahan. Seperti Pucangsawit, Sudiroprajan, Pasar Kliwon, Sangkrah, Semanggi, Kedunglumbu, dan lainnya," jelasnya, kemarin.

Untuk pengungsi di Balai Kota Solo, jelas dia, saat ini terdapat 559 warga dari Kelurahan Sangkrah, Sewu, dan Jagalan. Sedangkan di Stadion Manahan terdapat 500 orang berasal dari Kelurahan Sangkrah, Sewu, dan Joyotakan.

sumber: oke zone .com

Gubernur: Penyebab Banjir Karena Tidak Ada Pintu Air

Gubenur Jawa Timur Imam Utomo menilai tidak adanya pintu air (dam/rolak) di Sungai Bengawan Solo sebagai penyebab utama terjadinya banjir di beberapa kawasan di Jawa Timur.

"Bengawan Solo hanya ada satu dam, yaitu di wilayah Jawa Tengah, sedangkan di Jatim tidak ada pengaturan airnya," tutur Imam Utomo, Jumat (28/12).

Ketiadaan pintu air ini, kata mantan Panglima Kodam V Brawijaya ini, membuat air yang mengalir di Bengawan Solo langsung mengalir menuju Laut Jawa. Padahal, volume air di Bengawan Solo sedang meningkat akibat hujan yang turun beberapa hari terakhir, yang diperparah dengan naiknya permukaan air laut.

"Akibatnya, air tidak tertampung dan terjadi banjir," tambah Imam. Karenanya, Imam berjanji dalam waktu dekat akan segera membuat beberapa dam di aliran Bengawan Solo.

Imam mencatat terjangan banjir yang melanda daerahnya terjadi di hampir seluruh kabupaten atau kota yang ada. Hanya yang terparah terjadi di Ponorogo, Magetan, Ngawi, Madiun, Trenggalek, Mojokerto, Malang, dan Bojonegoro.

sumber: tempo interaktif .com

Sebanyak 33 Sekolahan di Solo Terencam Terendam

Dinas Pendidikan Kota Solo Jum'at (28/12) terpaksa meliburkan sebagian siswa di Solo menyusul banjir di kota itu. Ujian semesteran yang dijadwalkan berlangsung Senin pekan depan diundur. Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo, Amsori mengatakan sedikitnya terdapat 33 sekolahan terendam banjir.

"Sampai dengan tanggal 31 Desember, para siswa diminta untuk belajar di rumah guna mempersiapkan ujian semester," katanya.

Amsori mengatakan jadwal ujian semesteran diundur menjadi tanggal 2 Januari. Namun jadwal tersebut bisa saja berubah tergantung keadaan. terutama yang masih terkena banjir, Dinas Pendidikan akan mengatur kembali jadwalnya.

Pada hari Rabu (26/12) lalu, banjir juga melanda Kota Solo. Kala itu, 20 sekolahan terendam banjir dan siswanya terpaksa diliburkan. Meski dinyatakan libur, namun Dinas Pendidikan meminta pegawai sekolah serta anggota komite sekolah untuk terus masuk ke sekolahan mengatisipasi banjir yang datang tiba-tiba.

"Di sekolah banyak arsip-arsip penting yang harus dijaga keselamatannya," katanya.

sumber: tempo nteraktif .com

Badan SAR Jawa Tengah Klaim Evakuasi 49 Korban Longsor Karanganyar

Badan SAR Nasional Jawa Tengah mengklaim 49 korban tewas tanah longsor di Karanganyar, Jawa Tengah telah dievakuasi hingga Jum'at (28/12). "Masih tertimbun 18 orang," kata Kepala Kantor Badan SAR Nasional Jawa Tengah Riyadi ketika dihubungi melalui telepon selulernya.

Evakuasi korban tersisa dilanjutkan dengan dukungan alat-alat berat. Kamis kemarin, evakuasi dihentikan sementara karena hujan di lokasi pencarian. "Antisipasi kalau-kalau ada longsoran baru," kata Riyadi.

Adapun korban tewas dari tebing runtuh pada dua lokasi di Telomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, sejauh ini sudah dievakuasi tujuh dari total 16 orang yang tertimbun.

Riyadi mengatakan, Jumat pukul 5.00 ini, pihaknya mengirim tim evakuasi ke Kudus, Jawa Tengah, menyusul banjir di sana. "Tadi pemerintah daerah minta bantuan, langsung kami kirimkan beserta perahu karet," kata Riyadi.

Sedangan pemerintah Jawa Tengah menilai belum perlu mengevakuasi warga akibat banjir di Grobokan, Jawa Tengah. Genangan dari laupan Sungai Bengawan Solo dinilai belum membahayakan. Demikian juga genangan pada tiga lokasi di kota Solo. Warga menolak dievakuasi, kata Riyadi, "Hanya genangan, dulu-dulu air langsung mengalir ke Bengawan Solo."

sumber: tempo interaktif .com

Air Bengawan Solo Terus Meluap, Sekolah Diliburkan

Hingga hari Jumat ini (28/12/2007) air Bengawan Solo terus meluap. Ketinggian air yang menggenangi jalan raya Padangan ? Bojonegoro dan Padangan ? Ngawi di desa Padangan mencapai 50 cm. Bahkan selain merendam rumah penduduk, pasar Padangan yang berada ditepi Bengawan Solo juga sudah terendam. "Aktifitas warga terhenti total, kami mengurusi rumah sendiri-sendiri" kata Hoery, warga desa Padangan, Kabupaten Bojonegoro ini.

Didua, banjir yang melanada kecamatan Padangan dan sekitarnya akibat kiriman air hujan dari hulu Bengawan Solo di Jawa Tengah dan muara Bengawan Solo di Gresik (kali Lamong) juga meluap akibat air pasang laut. "Biasanya banjir Bengawan Solo hanya sebentar, ini sudah dua hari belum surut" kata Hoery. Menurut Hoery, banjir Bengawan Solo kali ini adalah yang paling besar. "Rumah saya saja terendam satu meter" katanya. Akibat banjir ini, transportasi jurusan Cepu ? Bojonegoro dan
Cepu ? Ngawi yang melewati desa Padangan lumpuh. "Hanya truk besar saja yang bisa lewat" kata Hoery.

Selain melumpuhkan jalan raya, banjir Bengawan Solo juga membuat sejumlah SD di Kecamatan Padangan seperti di desa Tebon, Prangi, Sidorejo, Ngoken, Dengok, Padangan dan Kuncen juga diliburkan. Daerah tersebut terletak di bantaran sungai sehingga kondisinya yang paling
parah. "Desa Tebon dan Prangi dan Ngoken yang paling parah, mungkin desa tersebut sudah tenggelam" kata Hoeri.
Begitu juga MTsn Padangan dan SMP Negeri 1 Padangan juga diliburkan.

Meskipun gedung sekolah itu belum terendam, para siswa meliburkan diri karena rumahnya terendam. Bahkan Siti Chunainah, warga desa Padangan yang mengajar di SMP Negeri 2 Cepu (Jateng) terpaksa sejak dua hari
ini tidak mengajar karena harus mengusngsikan dua orang tuanya ke tempat saudaranya. "Ibu saya lumpuh, jadi saya harus menunggui mereka" kata Chunainah.

Menurut Sutikno, staf Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Bojonegoro, saat ini banjir Bengawan Solo menggenangi 14 kecamatan (dari 27 kecamatan di Bojonegoro). Daerah banjir tersebut antara lain
merendam rumah penduduk yang ada di kecamatan Ngraho, Padangan dan Kecamatan Purwosari. "Warga membutuhkan tenda, obat-obatan dan makanan" kata Sutikno.

Bupati Bojonegoro, Santoso, Kamis siang kemarin (27/12) juga mengunjungi sejumlah desa-desa yang terendam, termasuk di Padangan dan Ngraho. Bupati juga sempat memberikan bantuan uang Rp. 2,5 juta kepada posko di jalan raya Padangan-Ngawi di dusun Pengkok, Kecamatan
Padangan.

Hanya saja, pemerintah kabupaten Bojonegoro tidak memberikan pengarahan kepada warga bagaiamana mereka membentuk posko dan apa saja yang dilakukan posko tersebut. Warga Padangan umumnya membentuk posko
secara sukarela dan kurang terkoordinasi. Akibatnya, ketika banjir terus meluap, sejumlah posko, seperti posko dusun Pengkok akhirnya bubar karena para pemudanya sibuk menyelematkan diri dan keluarganya.

"Posko di dusun Pengkok buyar setelah air terus meninggi" kata Mansur, warga desa Padangan kepada Tempo.

sumber: tempo interaktif .com

Bengawan Solo Meluap, Ribuan Rumah Kebanjiran

Solo (ANTARA News) - Sungai Bengawan Solo meluap ribuan rumah di Solo dan di daerah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, terendam air bah, akibat air hujan deras semalam suntuk.

Banjir kali ini merupakan yang terbesar setelah banjir bandang yang banyak meminta korban jiwa tahun 1966, kata beberapa warga di daerah Kampung Sewu yang rumahnya kenbajiran antara satu meter sampai dua meter, di Solo, Rabu.

Banjir yang melanda di Solo ini tidak hanya menggenangi rumah-rumah penduduk biasa, tetapi rumah pribadi Wakil Walikota Surakarta FX Hadi Rudiyatmo yang ditempati sekarang di Kampung Badran, Kelurahan Pucang Sawit, Kecamatan Jebres, juga terndam dengan kedalaman air di jalan depan rumahnya sudah mencapai 1,5 meter.

Banjar yang paling parah yaitu di daerah Kampung Sewu, Sangkrah, Ngasinan, Joyontakan, Mojo ketinggian air antara satu meter sampai 1,5 meterr, hal ini akibat juga tanggul di Joyontakan jebol.

Banjir mulai sekitar pukul 04.00 WIB dan air sampai sekarang masih terus bertambah serta cuaca di Solo maupun di hulu Bengawan Solo, baik yang ada di daerah Wonogiri maupun Klaten sampai sekarang masih diselimuti mendung tebal dan sewaktu-waktu bisa turun hujan lagi dan banjirpun bisa bertambah besar.

Untuk situasi cuaca di Solo sampai sekarang masih gerimis, dan warga yang kebanjiran sampai saat ini masih sibuk melakukan evakuasi barang-barangnya, bahkan banyak yang terendam air karena banjir itu datangnya tiba-tiba atau sangat mendadak, kata para penduduk di Kampung Sewu.

Untuk banjir tersebut sampai saat ini belum diketemukan ada korban jiwa.(*)

sumber: antara. co. id

Ribuan Warga Kota Solo Kembali Mengungsi

Pemerintah Kota Solo mengerahkan sekita 30 bus dan truk untuk mengungsikan ribuan warganya menyusul banjir yang kembali melanda kota itu, Jum'at (28/12). Warga yang rumahnya tenggelam ditampung di berbagai tempat, termasuk Pendhapi Gedhe Balaikota dan GOR Manahan.

Kepala Kantor Satpol Pamong Praja Pemerintah Kota Solo Subagyo mengatakan evakuasi sudah mulai dilakukan sejak pukul 01.00 WIB. Warga yang pada Rabu (27/12) tempat tinggalnya terkena luapan Bengawan Solo diminta untuk meninggalkan rumahnya. "Sebagian dibawa ke Balaikota sebagian ke Manahan," ujarnya.

Sebagian besar warga yang menjadi korban banjir memilih mengungsi ke tempat-tempat terdekat yang tidak terjangkau banjir. Beberapa masjid di Sangkrah, Semanggi dan Tanjung Anom menjadi pilihan tempat pengungsi. Tidak sedikit warga yang memilih mendirikan tenda darurat di tanggul atau di jalan.

sumber: tempo interaktif.com

Bengawan Solo Meluap, Tanggul Semanggi Kritis

Solo (ANTARA News) - Luapan Sungai Bengawan Solo akibat hujan yang turun tanpa henti Selasa (25/12) malam hingga Rabu pagi, mengakibatkan tanggul di sekitar kawasan Semanggi, Solo, kritis.

Ketinggian air Bengawan Solo di sekitar daerah ini sudah hampir mencapai bibir tanggul.

Warga sekitar yang khawatir tanggul akan jebol karena kuatnya desakan air, bergotong royong meninggikan bibir tanggul, di sejumlah titik yang dirasa cukup rawan.

Mereka memakai karung berisi pasir untuk menghambat laju air yang hampir mencapai puncak tanggul.

Padahal, kata salah seorang warga, jika pada kondisi normal, jarak antara tanggul dan Sungai Bengawan Solo mencapai sekitar 50 meter.

Namun, karena hujan yang turun semalaman, air mulai naik hingga bibir tanggul pada sekitar pukul 06.30 WIB.

Warga khawatir, jika hari Rabu air tidak surut dan justru hujan turun lagi, maka dipastikan tanggul Bengawan Solo ini tidak akan mempu menahan lagi.

Sementara itu, upaya evakuasi terhadap warga yang terjebak banjir terus dilakukan.

Ribuan rumah warga di bantaran Bengawan Solo terendam banjir. Upaya evakuasi, salah satunya dilakukan oleh anggota Grup 2 Kopassus, yang menerjunkan belasan perahu karet

Para anggota TNI ini membantu menyelamatkan warga beserta barang-barang berharganya.

Sedangkan warga di sekitar bantaran Bengawan Solo yang rumahnya terendam banjir, sudah mulai mendirikan tenda-tenda darurat di atas tanggul untuk tempat tinggal sementara.

Posko-posko bantuan banjir juga langsung bermunculan untuk membantu menyiapkan logistik bagi korban banjir.(*)

sumber: antara. co .id

Banjir Kembali Landa Kota Solo dan Sekitarnya

Banjir berskala besar, Jum'at (28/12) kembali melanda Kota dan sekitarnya, seperti Sukoharjo, Wonogiri dan Sragen. Ratusan rumah tenggelam dan ribuan lainnya terendam menyusul meluapnya sungai Bengawan Solo.

Dibandingkan banjir dua hari sebelumnya, banjir yang terjadi menjelang Jum'at dinihari itu lebih besar. Beberapa wilayah yang sebelumnya tidak terkena banjir, kali ini ikut terendam karena sungai di dalam kota ikut meluap karena pintu air menuju Bengawan Solo ditutup.

Setidaknya 12 kelurahan di Kota Solo wilayahnya yang terendam banjir. Meluapnya sungai Bengawan Solo sudah diprediksikan sejak Kamis (27/12) malam menyusul keputusan pengelola Waduk Gajah Mungkur yang melakukan pelepasan air dari waduk hingga 200 meterkubik per detik.

Menurut, Kepala Jasa Air dan Sumber Air (ASA) Perum Jasa irta I Wonogiri, mengemukakan pintu harus dibuka karena volume air di waduk terus bertambah. Dia mengatakan tinggi muka air waduk mencapai 136,55 meter. "Sesuai prosedur pintu harus dibuka karena kalau tidak bisa jebol, dan se Surakarta bisa tenggelam," ujarnya.

sumber: tempo interaktif .com

Jalan Solo-Wonogiri Macet Akibat Banjir

Solo (ANTARA News) - Meluapnya Bengawan Solo dan anak Sungai Tanggul di Kelurahan Joyotakan, Serengan, Solo, Jawa Tengah (Jateng), mengakibatkan ruas jalan dari arah Solo - Wonogiri macet total.

Arus lalu lintas dari arah Solo menuju Wonogiri di ruas jalan sekitar Kelurahan Joyontakan, Serengan, Solo, pada Rabu siang terganggu dan macet total akibat luapan Kali Tanggul yang sudah menyeberang ke jalan raya dengan ketinggian sekitar 50 centimeter.

Beberapa sepeda motor yang nekat jalan dan menyeberang air ke arah Sukorhajo banyak yang mogok atau mati mesinnya, sedangkan kendaraan roda empat yang mempunyai bodi tinggi masih bisa lewat.

Akibat banjir tersebut, arus lalu lintas dari arah Solo macet dan sebagian kendaraan memilih berputar melalui ruas jalan Baturono ke Sukoharjo untuk menghindari luapan air.

Banjir tersebut juga merendam ratusan rumah penduduk di Kelurahan Joyontakan denan ketinggian air sekitar satu hingga dua meter.

Seorang warga Kelurahan Joyontakan, Sererang, Ny. Genuk mengatakan, banjir yang menggenangi Kelurahan Joyontakan, berasal dari luapan anak Sungai Bengawan Solo yakni Kali Tanggul yang membelah keluharan ini.

Menurut Ny. Genuk, ratusan rumah tenggelam, dengan ketinggian air mencapai satu hingga dua meter.

"Rumah saya tenggalam, ketinggian air hingga satu dada. Saya dan anak-anak terpaksa mengungsi," kata Ny. Genuk.

Sementara itu, Sukardi (70), warga RT 02 RW 01 Joyontakan, mengemukakan bahwa rumahnya mulai terendam sekital pukul 07.00 WIB, dan hingga sekarang air terus naik hingga menenggelamkan rumahnya.

"Rumah saya hanya kelihatan kentengnya saja, dan air terus naik. Banjir kali ini kelihatanya lebih besar dari tahun 1966, " katanya.

Sukarti khawatir, jika di kawasan "atas" atau wilayah Wonogiri terjadi hujan deras lagi, luapan air diperkirakan akan naik terus. (*)

sumber: antara. co .id

Ketinggian Banjir Bengawan Solo Meningkat

Ketinggian air di sejumlah daerah di Sragen yang dilanda banjir pada Rabu (26/12) mengalami peningkatan. Menurut Kepala Kesatuan Pembangunan dan Perlindungan Masyarakat Sragen, Wangsit Sungkono, di beberapa tempat di wilayahnya ketinggian air mencapai tiga meter. "Evakuasi warga yang masih terjebak dalam banjir masih berlangsung," ujarnya.

Dia mengatakan sebanyak 17 kecamatan dari 30 kecamatan di Sragen terendam luapan air Bengawan Solo. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Sukodono, Sidoharjo dan Sragen Kota. Menurut dia, data sementara korban akibat banjir di Sragen sebanyak dua orang meninggal dan satu hilang.

Sementara di Kota Solo, banjir yang terjadi sejak Rabu dinihari menyebabkan 4.800 keluarga mengungsi. Menurut juru bicara pemerintah Kota Solo, Purnomo Subagyo, mereka diungsikan ke tempat pengungsian yang memanfaatkan fasilitas umum milik pemerintah, seperti kantor kalurahan dan sekolahan yang tidak terendam.

sumber: tempo interaktif .com

Banjir di Solo Meluas, 26.720 Jiwa Diungsikan

Solo (ANTARA News) - Banjir yang melanda Kota Solo akibat meluapnya air Bengawan Solo hingga saat ini makin meluas dan sampai pukul 06.00 WIB Jumat (28/12) genangannya terus bertambah, akibat tidak mampunya Waduk Gajah Mungkur menampung air dari hujan lebat di wilayah hulu di daerah Wonogiri.

Ribuan warga Solo yang rumahnya terendam mulai Jumat (28/12) dini hari diungsikan ke Balaikota Surakarta, Gereja Purbayan, GOR Manahan dan Stadion Manahan.

"Banjir pertama Rabu (26/12) dan Kamis (27/12) siang sudah mulai surut, tetapi tadi malam mulai sekitar pukul 11.30 WIB air bah dari Bengawan Solo terus naik," kata Semin (57), warga Sawahan, Pasar Kliwon Solo yang mengungsi di GOR Manahan, Jumat.

"Saya bersama teman-teman yang lain mulai mengungsi pukul 03.00 WIB Jumat dinihari (28/12). Maunya sih mengungsi di Balaikota, tetapi ditempat itu sudah dan kemudian dialihkan ke GOR Manahan," kata Ngatiyem (50), warga Sangkrah, Pasar Kliwon Solo.

Ia mengatakan di daerahnya ada dua RW yang pada banjir pertama penduduknya tidak mengungsi, namun sekarang mengungsi semua dan sebagian ditampung di GOR Manahan, dan di tempat pengungsian ini belum mendapat bantuan makan atau yang lain terkecuali tim kesehatan yang dipimpin dr Rita Catharina, M.Kes.

Warga yang mengungsi di GOR Manahan ada 398 jiwa dan kondisinya semua baik-baik dan ada yang sakit, terutama terserang flu, gatal dan sampai kini mereka yang belum ada yang dirujuk ke ruamh sakit, kata dr Rita Catharina, M.Kes. (*)

sumber: antara .co .id

Solo Banjir, Ujian Semester SD Ditunda

Solo (ANTARA News) - Ujian semester siswa SD di Kota Solo, Jawa Tengah yang dijadwalkan berlangsung 31 Desember 2007 hingga 4 Januari 2008, terpaksa ditunda menyusul banjir yang melanda kota ini.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo Amsori di Solo, Jumat, mengatakan, keputusan tersebut diambil setelah melihat kondisi sejumlah sekolah di tiga kecamatan yang dilanda banjir.

Ia mengatakan, para siswa yang sekolahnya dilanda banjir, untuk sementara diliburkan, karena kondisinya tidak memungkinkan untuk dilakukan kegiatan belajar mengajar.

"Para siswa diminta untuk belajar di rumah guna mempersiapkan ujian semester, hingga 31 Desember 2007 mendatang," katanya.

Sementara untuk pelaksanaan ujian semester SD, kata dia, akan diundur menjadi tanggal 2-5 Januari 2008, sesuai dengan perkembangan yang ada.

Jika pada waktu itu belum memungkinkan juga untuk digelar ujian semester, kata dia, maka masih ada dua alternatif untuk melaksanakan ujian.

Pertama, ujian dilaksanakan menunggu situasi aman, dengan menggunakan soal cadangan, atau meminjam lokasi lain untuk melaksanakan ujian.

Ia mengatakan, jumlah sekolah di Kota Solo yang terendam banjir sekitar 20 sekolah, terdiri enam sekolah di Kecamatan Serengan, lima di Kecamatan Pasar Kliwon dan sembilan di Kecamatan Jebres.

Menurut dia, selama masih dalam kondisi banjir, pegawai sekolah serta anggota komite sekolah diminta untuk terus berjaga, mengatisipasi banjir yang datang tiba-tiba.

"Di sekolah banyak arsip-arsip penting yang harus dijaga keselamatannya," katanya.(*)

sumber: antara .co .id

Banjir Solo, Warga Tak Sempat Selamatkan Perabot Rumah

SOLO - Banjir besar melanda Kota Solo. Banjir ini menjadi banjir terbesar yang melanda sejak tahun 1985 lalu. Sejumlah daerah terendam air luapan sungai Bengawan Solo. Ribuan warga terpaksa mengungsi dan berharap bantuan.

Salah seorang korban, Marsudi, 50, warga Joyotakan RT 5/6, Serengan, Solo menjelaskan, saat air masuk ke dalam rumahnya, dia sempat mengungsi di rumah tetangganya yang belum kebanjiran. Namun, sejak air sudah mencapai dua meter dia terjebak tidak bisa kemana-mana.

"Tadi saya diangkut dengan perahu karet oleh Tim SAR dan diantar ke tempat pengungsian," ujar penderita tuna netra tersebut, Rabu (26/12/2007).

Menurut Marsudi, air mulai masuk ke dalam rumahnya sejak pukul 04.00 WIB. Air masuk perlahan, namun dalam waktu yang tidak terlalu lama air sudah cukup tinggi.

Dia mengaku pukul 06.00 WIB rumahnya sudah terendam air sekitar 2 meter.

Hal senada juga diungkapkan Saniyem, 50, warga Joyotakan RT 2/3. Menurut dia, air luapan sungan Bengawan Solo merendam rumahnya hingga genting. Dia memperkirakan sekitar 3 meter air menggenangi rumahnya. Saat ini, dia beserta kerabat lainnya mengungsi di Masjid An Ni'mah.

Masjid itu sendiri juga terkena banjir di lantai satu sehingga lantai dua digunakan untuk menampung pengungsi. Sejumlah barang-barang berharga yang berhasil diselamatkan juga dibawa ke tempat pengungsian tersebut.

"Perabotan rumah tangga terendam semua. Saat ini kami hanya bisa berharap dari bantuan," ujarnya lirih.

Sedangkan Suparti mengaku, dirinya dan keluarga hanya bisa menyelamatkan televisi. Untuk barang-barang lainnya tidak sempat diselamatkan. Menurut dia, air mulai masuk di rumahnya sekitar pukul 07.30 WIB.

Meskipun perlahan, lama kelamaan air semakin tinggi. Dia mengaku arus air banjir yang datang memang tidak terlalu deras. Saat mulai masuk rumah, tahu-tahu air sudah cukup tinggi sehingga harus mengungsi. Saat ini, dia dan keluarganya juga mengungsi di Masjid An Ni'mah Joyotakan.

Saat ini, ujar dia, dia dan warga lainnya hanya bisa pasrah. Suparti berharap air cepat surut dan dapat kembali ke rumah meski harus kerja keras membersihkannya.

"Kami hanya bisa pasrah dan berharap bantuan karena semua perabotan terendam," tambahnya.

sumber: oke zone .com