Suryanti mengaku ingin menjerit, jika mengenang susahnya menjadi juru masak di pengungsian. Apalagi Suryanti juga jadi korban banjir.
Ini barangkali persoalan sepele, yakni soal solidaritas saja! Tapi, mengingat masa itu sedang bencana, katanya, rasa jengkel bisa naik ke ubun-ubun kepala. ”Bayangkan saja, sudah capek-capek masak, malah dikomplain! Katanya, yang makanan nggak enaklah masakannya, atau kok ini-ini terus,” kenangnya setengah geram.
Cacian, barangkali adalah sekelumit kisah yang sempat mampir ke benak Suryanti dan membekas di dadanya. Ada juga persoalan lain yang nggak kalah memusingkan ibu muda berputera satu ini. Saat itu Lurah Gandekan, Suroso, tengah kerepotan mencari juru masak. Maka dengan sedikit terpaksa, didaulatlah Suryanti menjadi juru masak di Posko Kelurahan Gendekan itu. ”Nah, dari sini saya sadar. Ternyata barang itu (bahan makanan-red) kalau masih mentah nggak ada yang mau megang. Tapi kalau sudah matang, jadi rebutan! Semestinya yang lain itu ikut membantu, bukan malah diam,” keluhnya.
Profesi memasak di tenda-tenda, katanya, memang bukan jalan hidupnya. Tapi, apa daya! Suryanti dan kelima rekannya rupanya tak sanggup membiarkan bahan-bahan masakan tergeletak begitu saja. Dia pun akhirnya menyingsingkan lengan bajunya. Mengolah bumbu apa saja asal jadi masakan siap saji. Mulai dari menanak nasi, mengupas hingga meracik bumbu pun dia tandangi demi 50 sampai dengan 200-an pengungsi setiap harinya. ”Kalau nggak begitu, siapa lagi yang bakal tandang. Mosok bahan-bahan mentah dibiarkan,” ujarnya.
Selama bercampur dengan puluhan pengungsi lainnya, terkadang Suryanti mengaku terhibur juga. Soalnya, bisa bercanda-tawa dengan orang-orang banyak. ”Tapi susahnya juga tak tanggung-tanggung. Sudah menjadi tukang masak, malah perkakas dapur saya hilang. Padahal saya simpan di Posko,” terangnya.
Suryanti pun juga mengaku pernah mengalami sakit nyeri di pinggangnya lantaran terpeleset saat masak. ”Lha wong di sini jadi juru masak tak kenal waktu. Nasi habis, masak lagi, masak lagi dan masak lagi!” kenangnya. Kini, warga RT 03/ RW II Kelurahan Gandekan itu hanya mampu berharap, semoga banjir lekas pergi.
”Dan satu lagi, saya berpesan kepada warga Gandekan agar ikut membantu memasak. Jangan hanya diam saja. Musibah ini kita semua yang merasakan. Jadi ya gotong royong begitu,” pesannya.
Suryanti,Juru masak di Posko Kelurahan Gandekan
Tak mau diam saja
Kategori: Solo Banjir 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment