306 Pangkalan di Eks-Karesidenan Surakarta Terendam Banjir

Meluapnya Sungai Bengawan Solo yang menyebabkan banjir besar sejak beberapa hari lalu telah merendam 306 pangkalan minyak tanah di wilayah eks-Karesidenan Surakarta. Menurut Asisten Customer Relation Pemasaran BBM Retail PT Pertamina Region IV Jateng- DIY Heppy Wulansari, ratusan pangkalan ini tidak bisa beroperasi dan menyebabkan konsumsi minyak tanah menurun karena banyak masyarakat berada di lokasi penampungan.

Jumlah pangkalan yang terendam banjir terbanyak berada di Solo 125 titik, Karanganyar (85), Sragen (81), dan Sukoharjo (15). ''Total alokasi minyak tanahnya mencapai 50 Kl/ hari,'' jelas Heppy kepada Suara Merdeka CyberNews. Sedangkan untuk SPBU tidak ada yang berada di lokasi banjir dan masih bisa beroperasi.

Pertamina juga telah bekerjasama dengan Satkorlak Solo di Posko Sangkrah-Solo dan posko aspirasi yang menjangkau Sukoharjo, Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar. Bantuan yang digulirkan juga terus bertambah mulai dari elpiji dan peminjaman 130 set kompor dan tabung untuk dapur umum di wilayah-wilayah banjir. Selain itu bantuan 5 ribu liter minyak tanah juga digelontorkan untuk penerangan, 8 ton solar untuk truk TNI yang mengevakuasi, 6 kuintal beras, 200 dus mi instan, 100 dus air mineral, dan 500 bungkus makanan per hari, serta obat-obatan.

Dari pantauan Suara Merdeka CyberNews di lapangan, banyak pangkalan minyak tanah di Solo pun urung berjualan akibat tingginya banjir yang melanda. Di Kampung Sewu, Kecamatan Jebres, Solo misalnya, beberapa pemilik pangkalan minyak tanah memilih tidak membuka tokonya, meski permintaan warga dan pengungsi tinggi. Mereka khawatir banjir datang lagi dan merendam dagangan mereka.

H Ruswan Ridwan Jamal (75) pemilik pangkalan minyak tanah yang tinggal di Kampung Sewu mengeluhkan kerugian hingga puluhan juta rupiah, karena seluruh minyak tanahnya tercampur air sungai. "Saya tidak berani membuka pangkalan lagi, kalau banjir dagangan minyak tanah saya bisa terendam air, dan saya bisa rugi," tutur dia, Sabtu (29/12). Pria berkacamata tebal itu memilih menunggu ancaman banjir benar-benar sirna, baru membuka usahanya. Rata-rata ketinggian banjir di wilayahnya berkisar 1-1,5 meter.

Pemilik pangkalan lain, Slamet Sudibyo (50) mengungkapkan keresahannya dengan kondisi pasca banjir ini. Setelah selama sepekan tidak berjualan minyak tanah, dia merasa ragu melepas persediaannya. "Saya hanya berani melepas minyak tanah dalam jumlah kecil. Bahkan, tawaran penambahan pasokan minyak dari agen saya tolak karena takut banjir datang lagi. Jujur saya tidak berani ambil risiko berjualan dengan kondisi yang tidak menentu ini," ungkapnya.

Persediaan minyak tanah di pangkalan sekitar Kampung Sewu rata-rata masih tersedia. Biasanya pangkalan mendapat pasokan sekitar lima drum dua kali seminggu. Harganya pun relatif stabil berkisar antara Rp 2.300 - Rp 2.500. Namun, sejak beberapa hari ini kebutuhan minyak tanah warga dan pengungsi diperoleh dari sumbangan donatur dan bantuan Pemkot Solo.

sumber: suara merdeka .com

No comments: