Bencana di Soloraya meluas

Solo (Espos) - Bencana banjir dan longsor di kawasan Soloraya, hingga Sabtu (29/12) dini hari makin meluas. Sementara itu, warga Soloraya diimbau agar tidak panik terkait aktivitas pembukaan pintu air Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri.
Sebanyak 13 kelurahan di Solo, hingga Sabtu dini hari masih terendam. Ratusan warga yang tinggal di tanggul-tanggul di wilayah Semanggi, Kampung Sewu, Joyotakan, hingga Sabtu dini hari juga terus diungsikan ke Posko di Pendapi Gede dan GOR Manahan.
Sebanyak 250 warga di Sangkrah, Jumat pukul 23.00 WIB dievakuasi ke GOR Manahan. Wakil Ketua I Satlak penanganan banjir Solo, Letkol (Inf) Sadputro Adi Nugroho menyebut sekitar 2.000 warga masih bertahan di tanggul-tanggul sungai dengan alasan untuk menjaga keamanan rumah-rumah dan harta benda mereka yang ditinggal di tanggul.
Di Sukoharjo, sejak Jumat dini hari, air masuk ke wilayah yang sebelumnya bebas dari banjir. Di kompleks Perumahan Solo Baru (Soba) khususnya di sebelah timur simpang empat Patung Pandawa.
Ketinggian air di lokasi tersebut mencapai pinggang orang dewasa.
Di Desa Langenharjo ketinggian air lebih dari sepinggang orang dewasa. Kondisi serupa juga terjadi di Sanggrahan dan sebagian Cemani.
Di Klaten, sebaran banjir meluas. Setidaknya tiga kecamatan di Klaten yakni Wonosari, Juwiring dan Prambanan menjadi korban terjangan banjir yang dimulai Kamis malam hingga Jumat (28/12).
Akibat kejadian itu jembatan Butuh di Sidowarno, Wonosari, Klaten yang menghubungkan Desa Sonorejo, Sukoharjo Kota dan Parangjoro, Grogol, Sukoharjo tergenang air hingga satu meter lebih.
Di Solo, banjir yang sebelumnya mengenai 12 kelurahan, sejak Jumat dini hari meluas. Bahkan Kelurahan Danukusuman yang sebelumnya tak tersentuh banjir, Jumat dini hari hingga Sabtu dini hari masih tergenangi air setinggi perut orang dewasa.
Dua kelurahan yang sebelumnya tak begitu parah, kini turut ditenggelamkan banjir di Solo. Dua kelurahan tersebut adalah Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan Gandekan. ”Sedikitnya, 500-an rumah terendam banjir. Rumah itu berada di wilayah RW IV, V, VI, serta sebagian di RW VII. Namun yang paling parah di RW VI. Semua rumah terendam banjir,” ujar warga RT 03/ RW V, Kelurahan Sudiroprajan, Didik.
Menurut Didik, air mulai naik ke permukaan jalan terjadi Jumat sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu, kata Didik, hujan tak kunjung reda, lalu air di Sungai Pepe terus naik. Lalu, pihaknya mulai melakukan evakuasi sekitar pukul 23.00 WIB, saat air sudah setinggi pinggang orang dewasa dan mulai masuk ke rumah-rumah warga.
Warga telah diungsikan ke sejumlah tempat yang aman dari banjir, antara lain Gedung Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), serta Kantor Kelurahan Sudiroprajan. Di Kelurahan Gandekan, banjir menerjang hampir di seluruh kawasan tersebut. Hanya wilayah di RW VII yang aman dari banjir. Namun rumah di wilayah RW I-RW IX semuanya terendam banjir. Ada delapan RW yang terendam banjir. Sebelumnya, wilayah yang terkena banjir ada enam RW, dan yang terparah adalah RW II, RW III, RW IV.
Lurah Gandekan, Suroso menerangkan, banjir kali ini disebabkan Kali Pepe yang meluap lantaran tak mampu menahan curah hujan. Akibatnya, anak sungai Kali Pepe, yakni Kali Buntung pun meluap ke pemukiman warga.
Sepuluh kelurahan lain yang diterjang banjir, antara lain, Kelurahan Jebres, Pucangsawit, Jagalan, Sangkrah, Pasar Kliwon, Semanggi, Sewu, Joyosuran, Kedunglumbu, Joyotakan. Di lokasi banjir itu suasana gelap gulita lantaran padamnya listrik.
Sejumlah ruas jalan utama di Kecamatan Pasar Kliwon ditutup total. Akses masuk Pasar Klithikan Notoharjo dan Pasar Ayam Semanggi tutup total karena banjir. Mulai dari Jalan Kapten Mulyadi, air mencapai perut orang dewasa.
Hingga Sabtu dini hari, Jalan Kapten Mulyadi lumpuh total. Mulai perempatan Sangkrah hingga di depan Pasar Pasar Kliwon, jalan ditutup total. Demikian halnya mulai dari perempatan Palugunon ke selatan hingga perempatan Baturono juga lumpuh tidak bisa dilewati.
Akses jalan dari Gladak menuju ke timur atau di depan Pusat Grosir Solo (PGS) juga ditutup total. Jalur transportasi dialihkan dari Gladak ke selatan kemudian ke Alun-alun Utara dan menuju Jalan Supit Urang, baru sampai di kawasan Gading.
Di Jl Untung Suropati menuju ke arah Kelurahan Sangkrah dan Pasar Kliwon misalnya, tidak bisa dilewati lantaran genangan air yang tinggi. Kondisi yang sama juga terjadi di Jl Veteran hingga perempatan Baturono, ketinggian air hampir mencapai satu meter.
Satlantas Poltabes Solo mencatat Jalan Ir Juanda ketinggian air hingga dua meter, Jalan Yos Sudarso Tanjunganom ketinggian air satu setengah meter dan Jalan Veteran. Dia menegaskan, dengan terendamnya sebagian Jalan Veteran, maka akses jalan menuju Wonogiri dan Sukoharjo dialihkan melalui Palur, Karanganyar.
Ketua LPMK Kelurahan Pasar Kliwon, Wahid Ismanto menuturkan RW yang tergenang air, sambung dia, meliputi RW II, III, VII, VIII, XI serta XII. Terkait dengan persediaan logistik, Ismanto menambahkan, mulai menipis.
Logistik habis
Koordinator Posko pengungsian di Joyotakan, Harjanto mengungkapkan, logistik di tempatnya sudah habis. Banjir di RW V dan RW VI Joyotakan semakin parah. Hanya tiga RW yang belum tersentuh banjir yakni RW I, IV, dan V.
Sama dengan kondisi di kelurahan-kelurahan lain, pengungsi di Joyosuran terancam kekurangan makanan karena logistik habis. Ketua III LPMK Sangkrah, Sukono menambahkan, beras dan mi instan sejak pukul 11.00 WIB habis.
Berdasarkan data di Posko induk penanggulangan bencana Loji Gandrung jumlah warga di lokasi pengungsian hingga Jumat, bertambah 2.707 orang dari semula hanya 31.600 orang. Dengan demikian, total jumlah pengungsi tercatat 34.309 orang.
Kepala Kantor Kesbanglinmas Saryanto Joko Pangarso, mengatakan meluasnya pusaran daerah banjir diakibatkan hujan deras yang mengguyur Kota Solo sepanjang Kamis (27/12) sore hingga Jumat dini hari.
Joko mengatakan akibat meluasnya pusaran banjir pihaknya terpaksa membuka lokasi pengungsian di Pendapi Gede Balaikota dan GOR Manahan Solo. Seribuan warga berhasil dievakuasi ke Pendapi Gede dan GOR Manahan setelah sebelumnya mereka dievakuasi di lokasi sekitar banjir.
Sementara itu, Perum Jasa Tirta I kembali melepas air Waduk Gajah Mungkur (WGM) ke Sungai Bengawan Solo dari sebelumnya 200 m3/detik menjadi 250 m3/detik, menyusul hujan deras di kawasan hulu yang berdampak pada peningkatan elevasi waduk. Namun, pada Jumat (28/12) siang, elevasi WGM mulai turun dari 136,55 meter menjadi 136, 48 meter. Masyarakat diimbau tidak panik menyikapi pembukaan pintu air.
Dirut PJT I, Tjuk Waluyo Subiyanto, mengatakan kontribusi air dari WGM terhadap peningkatan debit air di daerah hilir sebenarnya tak lebih dari 17%. Hasil pantauan PJT I di pintu air Jurug, Solo, kemarin, debit air mencapai 1.200 m3/detik. Peningkatan debit air terbesar justru disumbang oleh anak-anak sungai Bengawan Solo lainnya seperti Kali Samin, Kali Walikan.
”Sekarang ini Pemerintah Provinsi Jateng dan pemerintah kabupaten yang terkena bencana masih dalam status tanggap darurat,” terang Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufiz, di lokasi bencana tanah longsor di Ledoksari, Kecamatan Tawangmangu.

sumber: solopos. co. id

No comments: