Air Bengawan Solo Terus Meluap, Sekolah Diliburkan

Hingga hari Jumat ini (28/12/2007) air Bengawan Solo terus meluap. Ketinggian air yang menggenangi jalan raya Padangan ? Bojonegoro dan Padangan ? Ngawi di desa Padangan mencapai 50 cm. Bahkan selain merendam rumah penduduk, pasar Padangan yang berada ditepi Bengawan Solo juga sudah terendam. "Aktifitas warga terhenti total, kami mengurusi rumah sendiri-sendiri" kata Hoery, warga desa Padangan, Kabupaten Bojonegoro ini.

Didua, banjir yang melanada kecamatan Padangan dan sekitarnya akibat kiriman air hujan dari hulu Bengawan Solo di Jawa Tengah dan muara Bengawan Solo di Gresik (kali Lamong) juga meluap akibat air pasang laut. "Biasanya banjir Bengawan Solo hanya sebentar, ini sudah dua hari belum surut" kata Hoery. Menurut Hoery, banjir Bengawan Solo kali ini adalah yang paling besar. "Rumah saya saja terendam satu meter" katanya. Akibat banjir ini, transportasi jurusan Cepu ? Bojonegoro dan
Cepu ? Ngawi yang melewati desa Padangan lumpuh. "Hanya truk besar saja yang bisa lewat" kata Hoery.

Selain melumpuhkan jalan raya, banjir Bengawan Solo juga membuat sejumlah SD di Kecamatan Padangan seperti di desa Tebon, Prangi, Sidorejo, Ngoken, Dengok, Padangan dan Kuncen juga diliburkan. Daerah tersebut terletak di bantaran sungai sehingga kondisinya yang paling
parah. "Desa Tebon dan Prangi dan Ngoken yang paling parah, mungkin desa tersebut sudah tenggelam" kata Hoeri.
Begitu juga MTsn Padangan dan SMP Negeri 1 Padangan juga diliburkan.

Meskipun gedung sekolah itu belum terendam, para siswa meliburkan diri karena rumahnya terendam. Bahkan Siti Chunainah, warga desa Padangan yang mengajar di SMP Negeri 2 Cepu (Jateng) terpaksa sejak dua hari
ini tidak mengajar karena harus mengusngsikan dua orang tuanya ke tempat saudaranya. "Ibu saya lumpuh, jadi saya harus menunggui mereka" kata Chunainah.

Menurut Sutikno, staf Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Bojonegoro, saat ini banjir Bengawan Solo menggenangi 14 kecamatan (dari 27 kecamatan di Bojonegoro). Daerah banjir tersebut antara lain
merendam rumah penduduk yang ada di kecamatan Ngraho, Padangan dan Kecamatan Purwosari. "Warga membutuhkan tenda, obat-obatan dan makanan" kata Sutikno.

Bupati Bojonegoro, Santoso, Kamis siang kemarin (27/12) juga mengunjungi sejumlah desa-desa yang terendam, termasuk di Padangan dan Ngraho. Bupati juga sempat memberikan bantuan uang Rp. 2,5 juta kepada posko di jalan raya Padangan-Ngawi di dusun Pengkok, Kecamatan
Padangan.

Hanya saja, pemerintah kabupaten Bojonegoro tidak memberikan pengarahan kepada warga bagaiamana mereka membentuk posko dan apa saja yang dilakukan posko tersebut. Warga Padangan umumnya membentuk posko
secara sukarela dan kurang terkoordinasi. Akibatnya, ketika banjir terus meluap, sejumlah posko, seperti posko dusun Pengkok akhirnya bubar karena para pemudanya sibuk menyelematkan diri dan keluarganya.

"Posko di dusun Pengkok buyar setelah air terus meninggi" kata Mansur, warga desa Padangan kepada Tempo.

sumber: tempo interaktif .com

No comments: