Soloraya berangsur pulih

Kondisi Kota Solo yang sejak Rabu (26/12) lalu dilanda banjir, Minggu (30/12) mulai pulih. Kendati sore hingga tengah malam hujan mengguyur, hal itu tidak mengakibatkan dampak berarti, kecuali sebagian kecil wilayah kembali tergenang.
Di Kelurahan Gandekan dan Kelurahan Sewu, Minggu pukul 23.45 WIB, air kembali naik. Kondisi pintu air Demangan juga naik tajam. Pada Minggu pukul 13.00-19.00 WIB, tinggi muka air di pintu air Demangan bagian dalam (utara) setinggi 2,50 meter, namun pada pukul 23.45 WIB, ketinggian air naik menjadi 3,40 meter di bagian dalam dan 3,20 meter di bagian luar (selatan). Kenaikan tersebut disebabkan hujan deras yang mengguyur Kota Solo sejak pukul 17.00 WIB.
”Di pintu Demangan, air naik setengah meter dalam waktu dua jam karena hujan deras. Pintu air kami buka. Berdasarkan ramalan cuaca, curah hujan masih tetap tinggi hingga Januari.
Oleh karena itu, kami mengimbau warga tetap waspada,” jelas Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Budi Yulistianto kepada Espos.
Senada diungkapkan Kepala Kesbanglinmas Solo, S Joko Pangarso. Joko menyayangkan pengungsi yang kembali lagi ke rumah masing-masing menyusul masih tingginya curah hujan di kota ini.
”Harusnya mereka tetap tinggal di Posko. Karena air di Demangan saat hujan deras juga tinggi lagi,” sebut dia.
Joko mengatakan saat ini jumlah pengungsi yang menempati lokasi-lokasi pengungsian yang disediakan Pemkot Solo memang sudah jauh berkurang.
Hingga pagi kemarin jumlah pengungsi masih sebanyak 20.400 jiwa, tapi pada malam hari jumlah pengungsi berkurang lagi menjadi 19.027 jiwa.
Hujan deras sejak Minggu sore, menyebabkan peningkatan ketinggian air mencapai 60 cm di wilayah RT 1, RT 2 dan RW II Gandekan. Sebelumnya, di wilayah tersebut sejak pagi hingga sore, air sempat surut. Menurut salah satu petugas di Posko Gandekan, Suroto, meski terjadi kenaikan ketinggian air, sebagian warga yang mengungsi nekat kembali ke rumahnya masing-masing. Keinginan warga untuk pulang ke rumahnya, diakuinya sulit untuk dicegah, lantaran, warga yang kembali ke rumah tersebut dalam rangka bersih-bersih dan mengamankan rumah.
Dia menyebutkan, jumlah warga yang telah kembali ke rumah mencapai 50 kepala keluarga (KK). Sedangkan, warga yang tersisa di barak pengungsian masih mencapai 100 KK.
Demikian halnya di Kelurahan Sewu. Lurah Sewu S Budi Hartono mengatakan, menurut keterangan warga dan relawan yang berada di lapangan, ketinggian air Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Sewu dan Joyotakan mengalami kenaikan. Kendati demikian, pihaknya belum tahu tingkat kenaikan permukaan air di sungai tersebut.
Meskipun tadi malam hujan deras mengguyur, lanjutnya, namun belum ada warga yang kembali mengungsi. Saat ini kondisi Posko induk Kelurahan Sewu kosong pengungsi.
Pantauan Espos, di wilayah Jebres dan Pasar Kliwon, Solo, ribuan pengungsi kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu tiba di rumah mereka langsung melakukan aktivitas bersih-bersih rumah. Di sepanjang jalan-jalan kampung di wilayah kelurahan yang terkena banjir, banyak terlihat perlengkapan elektronik, kasur, pakaian serta buku-buku pelajaran yang dijemur.
Endapan lumpur juga banyak terlihat masuk di permukiman penduduk. Akibatnya warga harus bekerja keras membersihkan rumah dari endapan lumpur setinggi di atas mata kaki orang dewasa itu. Di Kelurahan Pasar Kliwon, seribuan pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Dari 1.500 orang pengungsi, masih ada 100 orang di RT 01/RW XII yang tinggal di pengungsian. Lurah Pasar Kliwon, Sudiyatno menerangkan, tiga Posko masih tetap dipertahankan di wilayahnya untuk mengantisipasi banjir susulan. Tiga Posko itu masing-masing berlokasi di RT 02/RW III, RT 1/RW XI, serta RT 01/RW XII.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Sudiroprajan, Sarjono Lelono Putero. Hingga saat ini, katanya, semua warga Sudiroprajan telah kembali ke rumahnya masing-masing. Sarjono mengatakan, persiapan logistik di Posko induk kelurahan hingga saat ini masih dalam posisi aman. Meski demikian, imbuhnya, untuk obat-obatan belum ada.
Sementara itu, di Kelurahan Jagalan sedikitnya masih ada 600-an warga yang bertahan di posko pengungsian Gedung PGRI.
Demikian halnya di Sangkrah, ratusan warga Kampung Ampera sudah mulai kembali ke rumah mereka masing-masing. Kegiatan warga hingga kemarin adalah membersihkan rumah dari lumpur. Kondisi yang sama juga terjadi di Semanggi dan Joyosuran. ”Mumpung hari terang, tidak ada hujan, warga pada mengeluarkan barang-barang yang terendam air untuk dijemur,” papar Ketua LPMK Joyosuran, Sumadiyono. Demikian halnya, di Posko Pendapi Gede Balaikota Solo dan GOR Manahan. Kerugian akibat banjir di Solo mencapai Rp 21,9 miliar.
Sementara itu di Sragen dan Karanganyar, banjir yang melanda kawasan itu juga sudah mulai surut. Warga yang sebelumnya berada di tempat-tempat pengungsian, seperti di balaidesa, sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPK) Sragen, Haryoto, saat ditemui wartawan, Minggu, mengungkapkan tanaman padi muda seluas 7.983 hektare dipastikan puso akibat terjangan banjir, pekan lalu. Kerugian materi akibat kerusakan itu mencapai Rp 28,5 miliar.
Sementara itu, beberapa wilayah Sukoharjo yang terendam banjir pada Minggu siang mulai surut. Genangan air yang melanda wilayah Grogol, Polokarto dan Mojolaban sebagian mulai menyusut. Bahkan, kawasan Solo Baru yang sebelumnya tergenang, mulai kering.

sumber: solo pos .co .id

No comments: