Jumlah pengungsi derita diare & ISPA terus bertambah

Jumlah korban banjir yang terserang penyakit, hingga Jumat (28/12), meningkat tajam. Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mencatat, hingga Jumat pukul 13.00 WIB jumlah penderita mencapai sebanyak 2.919 orang.
Sementara sebelumnya jumlah penderita hanya tercatat sebanyak 1.487 orang. Demikian halnya penderita diare dan warga yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) juga meningkat tajam.
Sebanyak 121 warga terkena diare. Sementara itu di Sragen, sebanyak 4.622 warga korban banjir dari 14 kecamatan juga dilaporkan terserang penyakit. Jumlah sementara warga yang mengalami pusing dan pegal-pegal 2.816 orang, diare 158 orang, gatal-gatal 878 orang, luka-luka 22 orang, menderita ISPA 531 orang, serta lain-lain 214 orang.
Kepala DKK Solo dr Siti Wahyuningsih MKes menyebutkan jumlah kasus penyakit yang paling banyak ditemukan adalah ISPA disusul gangguan otot dan gatal. Dengan rincian, ISPA sebanyak 501 orang, gangguan otot 416 orang dan gatal sebanyak 246 orang.
”Data masih terus berkembang. Data terakhir hingga pukul 13.00 WIB jumlah penderita ada 2.919 orang,” terang Siti kepada Espos, Jumat (28/12).
Lebih lanjut Siti mengatakan ada 12 Posko kesehatan yang dibangun untuk penanganan penanggulangan bencana banjir tersebut. Ke-12 Posko kesehatan ini antara lain di CV Jati Agung, Tanjung Anom, Joyosuran, Pasar Kliwon, Sangkrah, Semanggi, Jagalan, Gandekan, Pucangsawit, Kampung Sewu, Jebres dan Tawangarum.
Siti mengatakan satu Posko kesehatan terdiri atas dokter, paramedis, bagian obat-obatan, administrasi dan mobil ambulans. ”Dari 2.919 orang yang sudah dirujuk ke rumah sakit ada empat. Satu orang dari wilayah Joyosuran dan tiga lainnya dari Kampung Sewu,” tuturnya.
Siti mengatakan untuk penanganan korban bencana banjir ini pihaknya telah meminta bantuan obat-obatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. Siti menerangkan penyakit yang biasanya menyerang para korban banjir di antaranya seperti ISPA, diare, gatal, gangguan otot, asma dan penyakit kulit lainnya.
Oleh karena itu, warga yang tinggal di tempat pengungsian untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya supaya terhindar dari penyakit tersebut. Selain itu, tambahnya, mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat. ”Batuk, pilek biasanya menyerang para korban banjir. Nanti dari batuk pilek ini muncul pusing, mual. Terus karena kondisi tempat yang tidak bersih maka akan muncul diare,” terangnya.
Pantauan Espos di tiga Posko kesehatan di wilayah Jebres, Jumat (28/12), jumlah pasien telah mencapai di atas seribu pasien lebih. Posko tersebut berada di Kelurahan Gandekan, Jagalan, dan Sewu. Dari ketiga posko tersebut, jumlah pasien terbanyak berada di Kelurahan Sewu, yakni mencapai 800-an pasien. Sementara Posko di Jagalan sebanyak 170-an, dan Posko di Kelurahan Gandekan sebanyak 130-an pasien.
Di Sragen Kasubdin P2M Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Saptorini, Jumat, mengatakan jenis penyakit yang menjadi ancaman serius para pengungsi yakni diare dan ISPA. ”Kondisi lingkungan bencana banjir sangat rentan menjadi lokasi persebaran penyakit menular berbahaya. Sehingga kami terus pantau kondisi korban banjir guna berikan pertolongan pertama,” ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya telah mengoperasikan 44 unit pos kesehatan di antaranya di Gondang, Sambungmacan, Tanon, Mondokan, Sragen Kota, Plupuh, Sidoharjo, Sukodono, Karangmalang, Masaran, Ngrampal, serta Gesi.
Sedangkan salah seorang pengungsi di Posko Jambanan, Sidoharjo, Yatmi, 55, menuturkan dirinya bersama keluarganya sempat terjebak di rumahnya pada hari pertama musibah banjir. Sejak itu, Yatmi mengaku sulit tidur kendati kondisi fisiknya lelah.
”Saya sudah lelah sebenarnya tapi mata ini sulit dipejamkan. Saya khawatir terhadap kondisi anak-anak yang masih kecil,” ujarnya.

sumber: solo pos .net

No comments: