Korban banjir tagih bantuans

Warga korban banjir di Solo yang rumahnya hanyut atau rusak berat menagih bantuan untuk perbaikan rumah mereka. Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Kota Solo sejak Jumat (4/1) siang hingga malam hari, menyebabkan warga Kampung Beton mendirikan lagi tenda pengungsian di tanggul sungai kampung setempat.

Wakil Ketua RW I, Kampung Beton, Kelurahan Sewu, Rudi, mengatakan sebelumnya dua tenda pengungsian di kampung tersebut telah dibongkar. Hujan deras yang mengguyur Kota Solo sejak siang, menyebabkan warga kembali membangun dua tenda sebagai langkah antisipasi.
”Berarti hingga malam ini (kemarin malam) ada tiga tenda. Sebelumnya cuma ada satu tenda, dua tenda dibongkar. Tapi melihat curah hujan yang terus menerus sejak siang, sore tadi warga kembali membangun dua tenda untuk berjaga-jaga. Sewaktu-waktu air naik, warga tinggal ke pengungsian,” kata Rudi.
Informasi yang dihimpun Espos, hingga pukul 23.00 WIB, warga korban banjir di sejumlah wilayah masih waspada akan banjir susulan. Seperti di wilayah RW VI Kelurahan Joyotakan. Ketua RW VI Joyotakan, Suwardi, mengatakan warga masih berjaga-jaga. ”Kami khawatir akan banjir susulan. Apalagi hujan masih terus menerus. Sejauh ini, hujan deras belum berdampak adanya genangan,” sebut dia.
Rudi mengatakan di Kampung Beton, masih ada lima keluarga yang tinggal di pengungsian yang terdapat di tanggul sungai itu.

Kepastian

Sementara itu, warga korban banjir meminta Pemkot Solo segera memberi kepastian dan kejelasan solusi bagi tempat tinggal mereka. Apakah akan jadi direlokasi atau sekadar diberi bantuan untuk perbaikan.
”Ya kalau bisa, saya berharap pemerintah segera memberi bantuan. Sekarang nasib saya dan keluarga saya belum jelas. Rumah kami hanyut terbawa arus Sungai Bengawan Solo, harta benda kami juga hilang. Kami belum tahu bagaimana nasib kami setelah ini,” tutur Sarianah, warga RT 5/XIII Sangkrah saat ditemui di tempatnya mengungsi di Balai Kelurahan Sangkrah.
Sebelum banjir menerjang rumahnya, Sarianah mengaku tidak sempat menyelamatkan harta benda. Untungnya, kedua anaknya yang berusia 5 tahun dan 2 tahun, serta suaminya yang bekerja sebagai pemulung, berhasil menyelamatkan diri.
Dia hanya menyayangkan karena rumah itu baru diperbaiki dari bantuan rehab rumah tak layak huni (RLTH) dari Pemkot. Kini, dia dan keluarganya hanya bisa menunggu kepastian adanya bantuan untuk perbaikan rumahnya. Yang dibutuhkannya sekarang adalah bantuan berupa uang atau material bangunan sehingga bisa segera memperbaiki rumah.
”Kalaupun mau direlokasi ke tempat lain, kami juga hanya bisa pasrah. Yang penting nasib kami jelas,” ujarnya. Hal senada juga dikemukakan Wiwik Widodo, 51.
Warga Kampung Kedung Belang RT 03/VI Pucangsawit, Jebres, yang rumahnya juga hanyut terbawa arus Sungai Bengawan Solo tersebut mengaku hanya bisa pasrah jika pemerintah ingin merelokasi.
Seperti halnya, Sarianah, Wiwik mengaku juga tidak sempat menyelamatkan satu pun harta bendanya. Kini, untuk sementara ia tinggal menumpang dan menggantungkan hidup di rumah tetangga sambil menunggu kejelasan nasib.
”Saya tinggal hanya dengan mertua saya, yang sudah berusia 70 tahun. Waktu banjir datang, kami hanya sempat menyelamatkan diri,” jelas laki-laki tuna netra yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang sapu keliling serta tukang pijat tersebut.
Wiwik sangat berharap ada bantuan dari pemerintah atau pihak lain terkait pengadaan tempat tinggal bagi dirinya dan mertuanya. Berdasarkan pantauan Espos, Jumat (4/1), rumah Wiwik yang terletak di tepi Sungai Bengawan Solo memang hanya tinggal fondasi serta sebuah sumur pompa. Sisanya, seperti pagar dan perabot yang ada di dalamnya hilang terbawa arus sungai saat banjir.
Sementara itu, Ketua RT 03/VI Pucangsawit, Siswo Supatmo mengatakan selain Wiwik, ada tujuh warga lainnya di wilayah RT tersebut yang rumahnya hanyut terbawa arus sungai. Sekarang mereka semua masih menunggu kejelasan nasib.
”Bantuan berupa makanan di sini sangat cukup. Namun, sekarang warga terutama yang rumahnya hanyut masih kebingungan bagaimana nasib mereka selanjutnya,” ujarnya.
Siswo berharap pemerintah segera memberikan kejelasan ada atau tidaknya bantuan bagi para warga tersebut. ”Sekarang yang kami butuhkan adalah bantuan berupa uang atau bahan bangunan, serta peralatan masak,” imbuhnya.
Dikonfirmasi mengenai hal ini, Plt Sekda Pemkot Solo, Supradi Kertamenawi, mengatakan hingga kini Pemkot masih melakukan pendataan jumlah rumah yang mengalami kerusakan. Termasuk juga soal anggaran untuk bantuan perbaikan rumah yang rusak akibat banjir. ”Dana yang dibutuhkan untuk penanganan pascabanjir termasuk bantuan perbaikan rumah paling sedikit butuh Rp 11 miliar. Yang nanti akan diusulkan dalam APBD 2008. Untuk memenuhi kebutuhan anggaran tersebut hingga kini tim anggaran Pemkot masih terus membahasnya,” sebut Supradi ketika dihubungi Jumat malam.
Pada bagian lain, Kasi Pengendalian Bencana Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Indarto mengatakan seluruh warga korban banjir di wilayah Solo sudah kembali di rumahnya masing-masing. Setelah sebelumnya, sebanyak 617 keluarga atau sekitar 2.468 jiwa masih bertahan di 14 Posko pengungsian hingga Kamis (3/1).
Indarto mengatakan tinggi muka air di pintu air Demangan, Sangkrah, setinggi 1,60 meter di bagian luar dan ketinggian air dari dalam kota 1,80 meter.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Espos, Jumat (4/1) masih banyak warga yang menempati tenda-tenda pengungsian di atas tanggul. Seperti yang terlihat di Kampung Kedung Belang, Pucangsawit, Jebres.
Siswo Supatmo mengatakan meski banjir sudah surut, hingga kemarin masih banyak warga yang belum berani kembali menempati rumah mereka, yang sebelumnya terendam banjir lebih dari 2 meter.
Di satu sisi, kata Siswo, kondisi rumah masih lembab dan banyak lumpur. Perabotannya juga masih kotor dan basah, sehingga tidak nyaman untuk digunakan.
Sementara itu, sebanyak 5.411 sertifikat bidang tanah milik warga Solo rusak dan perlu perbaikan akibat banjir yang menerjang kawasan ini sepekan lalu. Pemkot Solo menyiapkan anggaran untuk perbaikan sertifikat itu.
Wakil Walikota (Wawali) Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan berdasarkan surat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Solo jumlah warga yang mengajukan permohonan perbaikan sertifikat ada 5.411 bidang tanah.

Jumlah pemohon ini, kata Rudy, tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Jebres. Masing-masing rinciannya adalah Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 2.800 sertifikat bidang tanah, Kecamatan Jebres 687 sertifikat dan Kecamatan Serengan 1.924 sertifikat.

sumber: solo pos .co .id

No comments: