Mereka terpaksa bertahan hidup di rumah reyot

Sebagai orang kecil, yang namanya bantuan tetap saja diharapkan. Rumah ambruk begini ya tentu saja saya berharap ada bantuan turun,” ujar warga RT 02/ RT I Kelurahan Sewu Jebres Siti Yuliah saat ditemui Espos di rumahnya, Senin (7/1).
Meskipun rumah yang ambruk itu hanya berdinding kayu, namun bagi Siti, rumah merupakan harta berharga bagi keluarganya. Rumah tempat berlindung dari derasnya hujan dan panasnya sinar matahari.

Menurut dia, rumahnya itu ambruk rata dengan tanah bersamaan dengan datangnya banjir Rabu (26/12) pagi. Beruntung, saat ambruk, di dalam rumah itu tak ada orang di dalamnya.
”Sampai saat ini belum ada orang yang mendata rumah rusak ke daerah ini. Rumah saya ini ada sertifikatnya, jadi sah. Semoga saja ada bantuan buat memperbaiki rumah saya,” kata dia.
Senada, warga RT 01/ RW I Kelurahan Sewu Srijono juga berharap Pemkot Solo memberikan bantuan kepadanya. Sebab, saat ini separuh bangunan rumahnya yang berada persis di sisi barat Sungai Bengawan Solo itu, ambruk. Praktis, kini tinggal separuhnya saja yang bisa dimanfaatkan untuk berlindung.

Meskipun kondisi rumahnya kini sudah miring, kata dia, dia dan keluarganya tetap nekat menempatinya lantaran tak memiliki rumah lain. Sehingga dia tak memiliki pilihan kecuali untuk tetap bertahan di dalam rumah reyot berdinding kayu itu.
”Saya hanya berharap ada bantuan dari Pemkot. Sebenarnya rumah saya ini dapat bantuan Rumah Tak Layak Huni (RTLH-red), tapi materialnya keburu hanyut ke bawa banjir,” katanya sembari menerangkan dia menyewa tanah untuk dipakai untuk membangun rumah.
Dia mengatakan, hingga saat ini belum ada pihak yang mendata bangunan yang akan diberi bantuan. Dirinya hanya didata untuk keperluan relokasi rumah.

sumber: solo pos .co .id

No comments: