Soil Moisture di Jawa Berkurang, Sebabkan Banjir dan Longsor

Banjir dan tanah longsor yang menimpa kawasan Karanganyar dan Ngawi disebabkan oleh beberapa faktor. Curah hujan lebih dari 100mm/ jam dan berkurangnya kemampuan resapan tanah adalah salah satu di antaranya.

"Tepat pada 25 Desember kemarin, curah hujan mencapai lebih dari 100mm/ jam. Ini merupakan curah hujan yang tergolong sangat lebat," ujar Endro Santoso, Kepala Bidang Informasi Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) saat konferensi pers hasil tinjauan IPTEK terkait bencana banjir dan longsor, di kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (4/1/2008).

Faktor tersebut, selain memicu banjir juga ternyata menjadi pemicu timbulnya longsor. "Air hujan yang turun rupanya menimpa tanah yang memiliki sifat fisik yang lunak, mudah hancur dan luruh bila terkena air karena tanah tersebut telah melewati batas kejenuhan. Bahkan kemampuan resapan tanah di wilayah Jawa tidak lebih dari 100 mili," ujar pengamat klimatologi dari ITB, Sri Legowo.

Dia menambahkan bahwa pada dasarnya sifat tanah di wilayah Indonesia memiliki daya serap air hujan hingga 200 mm. Sayangnya bangunan gedung di beberapa wilayah yang padat membuat tanah menjadi kedap sehingga tidak mampu meresap air. Hal ini pula yang menyebabkan Jakarta selalu terkena banjir. "Akibat kejenuhan dan kedap tersebut maka hal yang wajar jika hujan dalam kapasitas 100 mili mampu menyebabkan banjir karena air hujan tidak tertampung sehingga luber ke permukaan," jelasnya.

Oleh karena itu Sri Legowo menyarankan agar pemerintah dan masyarakat mau membuat beberapa wadah resapan. "Di rumah kita bisa membuat sumur resapan, di tingkat desa kita bisa membuat kolam resapan yang bisa juga berfungsi sebagai wahana memancing, sedangkan untuk regional ada beberapa yang sudah membuat waduk resapan," terangnya.

Selain pemantauan BMG, berdasarkan pemantauan morfologis, kaki Gunung Lawu memiliki relief bergelombang hingga berbukit dengan derajat kemiringan di atas 30 persen. Belum lagi breksi vulkanik dan tuf yang telah lapuk menjadi lempung pasiran dan bongkah-bongkah batuan ukuran kecil hingga besar. Berdasarkan penglihatan peta geologi skala 1:100.000 didapati bahwa daerah bencana dilewati oleh sesar turun dan mendatar. Bahkan dalam pemantauan juga terlihat adanya sedimentasi Bengawan Solo dan banyaknya lahan terbuka dan tutupan di hulu sungai tersebut.

Pemantauan ini melibatkan pihak Ristek, Lapan, BMG, ESDM, ITB, Bakosurtanal, dan BPPT. Berdasarkan data dari Bakornas, longsoran tanah yang terjadi di wilayah tersebut mengakibatkan korban jiwa sebanyak 62 orang, 12 orang hilang, 5 orang luka berat, 70 orang luka ringan, 21 jembatan rusak, dan 1.579 rumah rusak.

sumber: oke zone .com

No comments: