Pascabanjir, penderita sakit jiwa diperkirakan meningkat

Penderita sakit jiwa diperkirakan meningkat sepekan pascabanjir. Hal itu disebabkan berbagai persoalan kebutuhan hidup mulai menimpa korban banjir dalam hitungan sepekan pascabanjir itu.

Demikian disampaikan Ketua Tim Siaga Bencana Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo, Sukardi SKep saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Rabu (2/1).
Sukardi menjelaskan korban banjir yang mengalami sakit jiwa saat ini memang belum begitu banyak. Pasalnya, pikiran para korban banjir masih terkonsentrasi pada banjir dan mereka masih dalam situasi panik.
Data yang masuk ke RSJD Surakarta, katanya, hanya dua orang yang dirujuk ke RSJD lantaran dinyatakan sakit jiwa. Kedua orang tersebut adalah warga Sragen dan warga Kelurahan Sewu, Solo. ”Jika masa banjir telah lewat, pikiran mereka akan terkonsentrasi dengan segala kebutuhan yang menghimpit mereka. Mereka akan memikirkan tentang perkakasnya yang hilang, rumahnya yang rusak, anak sekolah yang kehilangan buku-bukunya, ataupun keluarganya yang hilang,” lanjutnya.
Hal itu, imbuhnya, akan membuat beban pikiran semakin bertambah berat karena tak tahu harus ke mana mencari uang untuk menggantikan barang-barang yang hilang tersebut.
”Lalu, di sinilah jika tak siap maka mereka akan mengalami depresi dan berujung pada gangguan jiwa,” terangnya.

Sementara itu, kata Sukardi, jika korban banjir telah terbiasa mengalami musibah, maka tingkat sakit jiwa akan berkurang. Pasalnya, secara psikologis, kata Sukardi, mereka telah terlatih menghadapi musibah. ”Sehingga mental mereka menjadi tangguh dengan berbagai gempuran musibah. Makanya, kenapa orang luar negeri salut dengan warga korban tsunami di Aceh yang jumlah penderita gangguan jiwa tak sebanyak yang diprediksikan warga luar negeri, karena warga Aceh terbiasa dengan musibah,” paparnya.
Posko

Langkah-langkah yang diambil RSJD untuk mengurangi tingginya sakit jiwa, kata Sukardi, dengan menerjunkan sejumlah psikiater di Posko-Posko pengungsian untuk melakukan pendampingan. Namun, jika sudah parah kelainan jiwanya, maka akan dirujuk ke RSJD.
Sementara itu, saat Espos meninjau lokasi rumah warga yang mengalami gangguan sakit jiwa di Kelurahan Sewu adalah warga RT 02/RW I. Menurut keterangan Lurah Sewu Budi Hartono, saat banjir tiba, warga tersebut ditemukan di dalam kamarnya yang pintunya terkunci. ”Beruntung, tim SAR saat itu menemukannya, dan lekas mendobrak pintunya. Saat ditemukan, pria agak tua tersebut dalam kondisi linglung. Mungkin dia shock terkurung dalam kamar terkunci, sementara air banjir sudah tinggi,” ungkapnya.
Hingga saat ini, kata Budi, identitas pria tersebut belum diketahui. Pasalnya, keluarganya belum ditemukan ke mana perginya. Sejumlah staf kelurahan juga mengaku tak tahu sama sekali siapa identitas orang tersebut. ”Yang menjadi pertanyaan, kenapa keluarganya malah meninggalkan dia sendirian di dalam kamar terkunci saat banjir datang. Untung, dia tak meningkat,” ujar Budi.Saat kejadian, Budi mengaku sempat membopong pria tersebut lantas dibawa ke RSJD Solo.

sumber: solo pos .co .id

No comments: